Ragam Tradisi dan Kearifan Lokal Cirebon saat Ramadhan, Salah Satunya Drugdag, Apa Itu?

TRADISI. Keraton Kacirebonan memegang peranan penting dalam pelestarian kearifan lokal Cirebon. Di bawah titah Sultan Abdul Ghani Natadiningrat, Keraton Kacirebonan aktif menyelenggarakan kegiatan bernuansa budaya. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON
TRADISI. Keraton Kacirebonan memegang peranan penting dalam pelestarian kearifan lokal Cirebon. Di bawah titah Sultan Abdul Ghani Natadiningrat, Keraton Kacirebonan aktif menyelenggarakan kegiatan bernuansa budaya. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON
0 Komentar

RAKCER.ID Keraton Kacirebonan memegang peranan penting dalam pelestarian kearifan lokal Cirebon. Di bawah titah Sultan Abdul Ghani Natadiningrat, Keraton Kacirebonan aktif menyelenggarakan kegiatan bernuansa budaya.

Seperti yang dilakukan belum lama ini, Keraton Kacirebonan menggelar sekaligus menjadi tempat Bincang Sejarah dan Tradisi Puasa Ramadhan dan Syawalan dalam Perspektif Budaya Cirebon. Sultan Abdul Ghani dan Permaisuri serta para sesepuh adat Cirebon hadir dalam kegiatan tersebut.

Ketua Masyarakat Adat Cirebon, Pengeran Panji Jaya Prawirakusuma dan Pendiri Komunitas Kendi Pertula Cirebon, Mustaqim Asteja didaulat menjadi narasumber. Dengan peserta dari unsur budayawan, sejarawan dan peramuwisata.

Baca Juga:SEMA FUA IAIN Cirebon Gelar Forum Komunikasi Legislatif Intra FakultasAkhir Hari ke-3 The Marfain DEMA FUA IAIN Cirebon Diisi Berbagi Takjil

Dalam paparannya, Pangeran Panji menjelaskan, Keraton Kacirebonan menjadi rumah bagi para budayawan Cirebon dalam upaya pelestarian kearifan lokal.

“Salah satu bentuk dukungan Keraton Kacirebon yang terdepan dalam rangka upacara adat dan seni budayanya. Ini sebagai rasa hormat kepada seniman sepuh yang berjasa pada pelestarian adat dan seni Cirebon,” jelas Pangeran Panji.

Dia menjelaskan, banyak kearifan lokal Cirebon pada momen Ramadhan dan Syawal. Sembari menjalankan ibadah puasa, masyarakat Cirebon terbiasa melakukan drugdag (pemukulan bedug) sebagai tanda awal masuknya waktu Ramadhan.

Kemudian ada tradisi nyekar. Ini dilakukan sebelum Ramadhan dan saat perayaan Idul Fitri. Nyekar, kata Pangeran Panji, adalah bentuk penghormatan kepada orang tua, kerabat atau guru yang sudang meninggal dunia.

Di momen 10 hari terakhir Ramadhan, masyarakat Cirebon juga terbiasa menjalankan damar maleman. Yakni itikaf di masjid. Ada pula yang mengisi damar maleman dengan bertadarus.

Di Keraton Kacirebonan, damar maleman diisi dengan tawasuk, dzikir serta tadarus. Penerangan yang dipakai pada saat damar maleman berasal dari oncor yang berbahan malam (semacam lilin).

Dari kebiasaan di keraton itulah, tradisi bertadarus dengan penerangan oncor disebut damar maleman. Damar artinya lampu sedangkan maleman artinya bahan makar malam.

Baca Juga:Kenali Bahaya Pencurian Data Perbankan, BPKN-RI dan Universitas Muhammadiyah Cirebon Gelar Seminar3G Teknologi Jadul, Telkomsel Ajak Beralih ke 4G

Pangeran Panji menambahkan, salah satu faktor yang membuat Islam masuk ke Cirebon tanpa kekerasan ialah keluwesan Sunan Gunung Jati dalam syiarnya yang menggunakan perangkat kearifan lokal setempat.

“Banyak sekali tradisi di Cirebon yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam,” kata Pangeran Panji.

0 Komentar