RAKYATCIREBON.ID – Pengurus Komisariat (PK) Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon adakan refleksi Sejarah dan Kebudayaan. Minggu, (9/1/21).
Refleksi Sejarah dan Kebudayaan ini mengundang pemateri seorang sejarawan Cirebon yakni kang Farihin, S. hum yang juga sebagai Pengurus Lesbumi Nahdlatul Ulama Kota Cirebon.
Secara gamblang beliau mengulas begitu banyak sejarah dan budaya Keraton Kanoman, Kasepuhan bahkan sampai Kacirebonan, dan salah satunya bagaimana urgensinya menjaga budaya lokal yang hampir tergerus peradaban.
Baca Juga:390 Lulusan PPG Dilantik jadi Guru ProfesionalBangun Kebersamaan Antar Pegawai
“Kita tidak bisa lepas dari budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hanya saja kesadaran kita dalam berbudaya itu menurun bahkan drastis, karena dilalaikan dengan modernisasi, globalisasi dan sekarang ada revolusi yang memaksa kita harus beradaptasi.” Ucapnya
Melanjutkan, Transformasi kebudayaan peradaban yang dilakukan wali oleh songo itu adalah memadukan antara kebudayaan lama dengan kebudayaan baru, sehingga kebudayaan lama tidak tergilas oleh kebudayaan baru, melainkan berjalan beriringan. Berbeda dengan hari ini ketika muncul, modernisasi, globalisasi dan revolusi itu konsekuensinya kebudayaan lama akan tergilas oleh kebudayaan baru. Tutur alumni Jurusan Sejarah IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu.
“Sehingga kalau kita pengen memberikan spirit nasionalisme, kita harus belajar kebudayaan. Kita harus bangga dengan tanah air kita, dengan bangsa kita, dengan ras kita, dengan pakaian kita, dengan tatacara tradisi kita. Itu akan menumbuhkan spirit nasionalisme, spirit patriotisme dan spirit-spirit itu tidak akan didapat kalau tidak belajar sejarah,” lanjutnya.
Kegiatan yang bertempat di Keraton Kanoman Kota Cirebon mengambil tema Menanamkan spirit nasionalisme lewat budaya lokal dan sejarah keraton Cirebon.
Khumaedi NZ selaku Ketua Pengurus Komisariat MATAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon menuturkan, adanya kegiatan ini sebagai media pengenalan budaya dan mengingat jasa para ulama terdahulu.
“Nasionalisme tanpa sejarah tentunya akan rapuh. Orang yang kuat dalam nasionalisme adalah orang yang mengenal sejarah dan tidak melupakan sejarah, semoga dengan diadakannya kegiatan ini kita senantiasa bisa melestarikan budaya dan memahami sejarah para pendahulu,” pungkasnya. (wan)