RAKYATCIREBON.ID – Anomali di dunia usaha tampak nyata di Kota Cirebon. Meski ekonomi regional tumbuh positif, namun banyak toko dan restoran tak kuat bertahan. Tidak sedikit yang memilih tutup. Apa masalahnya?
Sepertiterpantau di kawasan pecinan Jalan Pekiringan, Jalan Pekalipan, Jalan Karanggetas dan berbagai lokasi lain di Kota Cirebon. Kawasan tersebut dikenal sebagai salah satu pusat ekonomi paling ramai.
Setiap hari, ribuan orang berjubel melakukan transaksi jual beli beragam produk. Dari material, alat dapur, pertukangan, kain, elektronik, hingga kuliner. Namun kini, pemandangan di kawasan itu tak seperti dulu. Banyak dijumpai toko dan kedai makanan memasang plang disewakan bahkan tutup.
Baca Juga:Penataan Dapil Mulai Oktober 2022Terima Laporan, Walikota Apresiasi Kinerja KI Kota Cirebon
Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan data Bank Indonesia (BI) Cirebon yang mencatat pertumbuhan ekonomi Ciayumajakuning sepanjang 2021 kisaran 3,0 sampai 3,8 persen. Apalagi di tahun 2022, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 4,8 sampai 5,6 persen.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cirebon, Ismayasari menjelaskan, pertumbuhan ekonomi yang ditorehkan Ciayumajakuning belum sepenuhnya menggambarkan kenormalan ekonomi. Pertumbuhan tersebut hanya mengacu pada tahun sebelumnya.
“Secara pertumbuhan ekonomi itu naik. Tapi tidak sama dengan di awal kita sebelum pandemi. Dan kenaikannya belum signifikan. Yang miskin masih sama aja seperti itu. Karena kenaikan itu masih bersifat parsial,” jelas Ismayasari kepada Rakyat Cirebon, Rabu (26/1).
Menurut Ismayasari, geliat dunia usaha di Kota Cirebon sebetulnya mengarah ke tren positif. Hanya saja, Covid-19 tak cuma mematahkan perekonomian. Juga merangsang tumbuhnya konsep usaha baru.
“Sehingga wajar kalau banyak kita lihat ada toko tutup. Restoran tutup karena Covid-19. Pelaku usaha yang sudah bangkit ada. Tapi banyak juga yang masih kena imbas,” jelas dia.
Selain itu, banyak pula pengusaha yang mengubah konsep. Kuliner misalnya. Restoran yang tutup tak menandakan si empunya berhenti berwirausaha. Justru banyak yang sedang bertransformasi usaha.
“Tidak sedikit yang transformasi usaha. Jamblang kuliner mati. Saya sendiri misalnya. Punya usaha kuliner di mal mati. Tapi usaha yang lain jalan. Ada yang membenahi yang dulu. Tapi juga tidak langsung kayak di awal,” katanya.