RAKYATCIREBON.ID -Bupati Indramayu Nina Agustina membeberkan program Indramayu Cepat Tanggap yang disingkat I-Ceta saat Dialog Kebudayaan Hari Pers Nasional 2022 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
I-Ceta merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan Pemerintah Kabupaten Indramayu.
Dialog kebudayaan itu berlangsung pada Selasa (8/2), sehari sebelum puncak acar dari inti peringatannya.
Baca Juga:Desak Kejaksaan Tuntaskan Dugaan Korupsi Pajak Dana DesaAklamasi, Hj Wati Musilawati jadi Ketua IPPAT Kabupaten Cirebon
Nina memaparkan I-Ceta di hadapan Sembilan bupati/walikota yang juga akan menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.
Berdasarkan rilis tertulis yang diterima Rakyat Cirebon, Nina menyebutkan program I-Ceta ditujukan untuk meredam stigma negatif di tengah-tengah masyarakat. Seperti, persoalan perempuan Indramayu yang terkesan tersingkirkan.
“Stigma negatif Indramayu seperti masalah perempuannya. Dan purna migran kita yang masih banyak, sekitar kurang lebih 70 ribu orang serta ada yang masih bekerja di luar negeri,” jelasnya.
Menurutnya, melalui kebudayaan maka akan lahir sebuah hubungan yang akan saling mempengaruhi, melengkapi, dan berkaitan erat satu dengan lainnya.
“Bagaimana pun pemerintah harus hadir di tengah-tengah masyarakat. Program I-Ceta ditujukan untuk kepala dinas dan lain sebagainya untuk memberikan solusi sekaligus pertolongan untuk masyarakat,” terangnya.
Pada program itu, nomor WhatsApp atau seluler dan media sosial dirinya menjadi tempat aduan masyarakat secara langsung.
Komunikasi tanpa tatap muka tersebut untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan penanganan sedini mungkin dari pemerintah daerah.
Baca Juga:Hasil Survei, Masyarakat Puas dengan Kinerja Pemprov Jabar Tangani Covid-19Sah, Paripurna Lengserkan Affiati, Statusnya jadi Non Aktif
“Terkadang pengaduan itu langsung kepada bupati Indramayu sendiri. Nomor telepon saya ini adalah nomor telepon sejuta umat. Jadi saya menanggapi mungkin hampir 24 jam, karena bagaimanapun stigma negatif ini yang akan saya hilangkan dari Indramayu,” tegasnya.
Selain permasalahan perempuan, kata dia, juga terdapat perdagangan anak di bawah umur yang beberapa waktu lalu menimpa 3 anak perempuan Indramayu ditawari bekerja dan diiming-imingi uang.
Serta dijanjikan diberi handphone untuk kebutuhan alat pendukung belajar secara daring pada masa pandemi Covid-19.
Namun sayang, alih-alih memperoleh uang dan handphone justru mereka dijual untuk melayani pria hidung belang dan sempat akan dibawa menuju Papua. Beruntungnya respon cepat pemerintah daerah berbuah manis.