RAKYATCIREBON.ID – Air dan tanah dari petilasan Nyi Rambut Kasih yang dibawa oleh Gubernur Ridwan Kamil dan diserahkan ke Presiden Jokowi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara) ternyata memiliki legenda tersendiri. Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana atau akrab disapa Mang Naro mengatakan, Nyi Rambut Kasih hanya cerita yang turun temurun secara lisan.
“Cerita itu bukan berarti sejarah, hanya legenda atau cerita tutur turun temurun,” ujarnya, Selasa (15/3).
Naro menambahkan, petilasan Nyi Rambut Kasih berada di Dusun Leuwilenggik Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Majalengka. Leuwilenggik menurut masyarakat setempat diartikan sebagai sungai tempat putri cantik yang badannya ramping mandi.
Baca Juga:Tiga Hari, 23 Bencana AlamCek UMKM, Diskopdagperin GOES Wisata to Subang
“Konon menurut legenda masyarakat kota Majalengka, Nyi Rambut Kasih dikisahkan ngahyang atau menghilang di tempat yang kini menjadi petilasan itu,” ungkapnya.
Dalam Patilasan itu, memang ada batu besar berongga sebagai penanda bahwa di situ sang Ratu Ngahiang atau menghilangkan diri. “Tapi bukan mati, istilah kerennya Moksa. Waktu itu, Nyi Ratu terdesak oleh pasukan dari Cirebon yang akan menyebarkan Islam dan mencari buah Maja,” jelasnya.
Batu besar berongga itu, masih kata Naro, disebut batu Karancang karena bentuknya berongga tapi keras. “Tempat Petilasan itu sakral, karena dulu sering dijadikan tempat melakukan nyepi, menyendiri,” ucapnya.
Patilasan Nyi Rambut Kasih dulu sering dijadikan tempat ritual nyepi atau seseorang yang tak ingin terganggu untuk melakukan ibadah. Di Patilasan Nyi Rambut Kasih itu, juga tersedia tempat sujud, sajadah, juga ada sumber mata air yang disebut Cai Cikahuripan.
“Dari dulu sumur ini sering diambil airnya. Katanya sih bertuah,” ujarnya.
Naro menambahkan, jika dilihat dari sisi jenis batuan, bentuknya batu Petilasan seperti batu muntahan lahar gunung berapi. “Katanya air dari Patilasan Nyi Rambut Kasih telah dibawa untuk ritual tanah dan air di IKN, ya kalau saya sih mangga-mangga saja,” ujarnya.
Naro mengingatkan, walaupun berupa cerita tutur atau legenda, dia berpesan agar masyarakat Majalengka tetap menjaga kearifan lokal ini. Alasannya, Patilasan Nyi Rambut Kasih itu merupakan peninggalan budaya literasi masa lalu. Sedangkan keberadaan Sosok Nyi Rambut Kasih, pihaknya bersama Grumala masih terus menggali dan menelusuri.