RAKYATCIREBON.ID – Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum melakukan Safari Ramadan di Kota Cirebon, akhir pekan kemarin. Dalam Safari Ramadan itu, Wagub Uu mengunjungi beberapa titik. Yakni meninjau pelaksanaan Smartren di SMAN 7, serta silaturahmi di Pondok Pesantren Darul Masoleh, Harjamukti.
Dalam wawancaranya, Uu menyampaikan, Safari Ramadan yang dilakukannya sebagai bentuk komunikasi terhadap masyarakat. Baginya, pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik bersama masyarakat, salah satunya dengan jalan silaturahmi.
“Supaya apa? Satu, terbangun hubungan emosional antara pemimpin dengan rakyatnya. Kedua, keinginan masyarakat sampai kepada kami selaku pemimpin. Ketiga, program pemerintah sampai kepada masyarakat,” ungkapnya.
Baca Juga:Ambil BBM, Petani Harus Bawa Surat RekomendasiPetilasan Sunan Kalijaga Ramai Dikunjungi Warga
Di lembaga pendidikan sekolah, terlebih SLTA yang memang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, lanjut Uu, Pemprov mendorong program Ajengan Masuk Sekolah (AMS). Dengan tujuan, untuk menyeimbangkan pengetahuan yang diberikan kepada para peserta didik. Karena program AMS sendiri merupakan program yang sudah dicanangkan sejak 2020 lalu.
“Saya sampaikan program AMS, Ajengan Masuk Sekolah. Kepsek harus mengadakan program ini. Jadi, ada ajengan yang masuk ke sekokah untuk memberikan pelajaran ukhrawi. Tapi yang disampaikan bukan ceramah, bukan pidato, bukan pengembangan dari Hadits dan Quran,” lanjut Uu.
Dijelaskan Uu, melalui program AMS ini, ajengan yang didatangkan ke sekolah, tidak didatangkan untuk berceramah terkait keagamaan. Melainkan hanya untuk memberikan pengetahuan seputar amaliah sehari-hari, yang merupakan dasar-dasar dari kegiatan ibadah.
Pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan, juga merupakan intisari pengetahuan agama yang langsung dari sumber utama, bukan dari buku-buku kontemporer. Dengan tujuan bisa lebih dalam memaknai kitab-kitab utama yang dipelajari.
“Tapi yang disampaikan adalah materi fiqih, tauhid yang langsung dari kitab kuningnya. Sehingga tidak ada terjemahan yang melebar,” jelasnya.
Untuk program ini, sambungnya, pihak sekolah harus mencari ajengan yang mumpuni di bidangnya. Tanpa harus mengutamakan legalitas pendidikan, lulusan mana dan tingkatan apa.
“Maka yang diundang harus ajengan yang bisa ngaji. Dan tidak usah ditanya sertifikat atau ijasah sarjananya. Tapi lihat saja kemampuannya. Yang disampaikan cukup amaliah yang biasa, fikih yang biasa, sehingga anak sesuai dengan yang kita harapkan,” pungkasnya. (sep)