RAKCER.ID – Nashrudin Azis mengumumkan gabung ke PDIP Kota Cirebon. Manuver Azis menuai sorotan banyak pihak. Ada yang menganggap wajar. Ada pula yang menyayangkan.
Sorotan tajam jelas datang dari elit Demokrat Kota Cirebon. HP Yuliarso, misalnya. Politisi senior ini menyayangkan etika politik Azis. Sebab, Azis dinilai besar dari Demokrat tapi berlabuh ke lain partai.
“Yang jelas kami kader partai Demokrat sangat menyangkan sikap politik Pak Azis. Karena dia besar dari Demokrat dan tiba-tiba masuk jadi kader partai lain,” kata Yuliarso di kediamannya.
Baca Juga:Kendalikan Laju Inflasi, BI Cirebon Perkuat Ketahanan Pangan9,78 Persen Ekonomi Jabar Tahun 2022 Ditopang Ciayumajakuning
Yuliarso berujar, Azis sudah mendapat tempat terhormat di Demokrat. Jabatan terakhirnya adalah Ketua Majelis Pertimbangan Cabang (MPC). Jabatan ini diberikan pada kader senior yang punya peran signifikan bagi partai.
Sebab itulah, kepergian Azis menimbulkan lara bagi Demokrat. “Saya tahu betul bagaimana Azis di awal-awal gabung Demokrat itu sampai akhirnya besar di partai,” katanya.
Dijelaskan Yuliarso, Azis bukanlah kader Demokrat pertama yang pindah partai. Menjelang Pemilu 2024, beberapa pengurus Demokrat mulai pindah ke beberapa partai lain jelang.
Mereka yang pindah antara lain Mantan Sekretaris DPC M Junaedi ke Hanura, Mantan Sekretaris DPC Cecep Suhardiman ke PKB, Mantan Ketua PAC Kesambi Wahdinih ke PKB, Mantan Ketua PAC Lemahwungkuk Ade Rivai ke Hanura, Mantan Ketua PAC Kejaksan Harsono ke NasDem dan terbaru Mantan Ketua MPC Nashrudin Azis ke PDIP.
Yuliarso menjelaskan, jabatan Azis di Demokrat bakal digantikannya. Yuliarso bergabung dengan Demokrat sejak 2004 lalu dan mulai duduk di kursi legislatif selama 3 periode ini, Yuliarso mengaku dibesarkan partai yang didirikan SBY ini.
Tak tanggung-tanggung, Yuliarso juga pernah menjabat Ketua DPRD Kota Cirebon pada 2013-2014 lalu. Pengalamannya di legislatif bersama Demokrat tentu tidak perlu diragukan lagi di Kota Cirebon.
“Saya masih cinta Demokrat. Saya tidak menjadi kacang lupa kulitnya. Saya jadi seperti ini, karena saya dibesarkan dari Partai Demokrat,” ungkap dia.
Baca Juga:IKB NTT Jadikan Natal 2022 Momentum Perkuat ToleransiGenjot Pelaporan SPT, KPP Pratama Rekrut Relawan Pajak
Perjalanan panjang Yuliarso bersama Demokrat inilah yang meneguhkan pilihannya untuk tetap bertahan dan tidak mengikuti jejak rekan-rekannya yang memilih pindah partai. Suka duka bersama di Demokrat dialaminya hingga saat ini, dan hal itulah yang menjadi peneguh pendiriannya.