RAKCER.ID –Â Manuver Nashrudin Azis terus menuai sorotan. Sikap politik Walikota Cirebon dua periode ini dinilai melampaui prediksi banyak pihak. Terutama para kader Demokrat.
Sebabnya, keberhasilan Azis melenggang ke Gedung Balai Kota Cirebon berkat ‘tumpangan’ Partai Demokrat. Namun, meski belum selesai menjabat walikota, Azis malah loncat partai.
Tokoh Senior Demokrat Kota Cirebon, Agus Prayoga menilai, kepindahan Azis dari Demokrat justru menciderai citranya sebagai pemimpin. Agus menyentil loyalitas Azis kepada partai yang membesarkan karir politiknya.
“Itu sangat saya sayangkan. Semua kader juga sama. Bagaimana seorang yang dibesarkan partai kemudian meninggalkan partainya,” jelas Agus, Jumat (13/1).
Menurut Agus, jika kepindahan Azis dari Demokrat lantaran ingin ‘nyaleg’ pada Pemilu 2024 mendatang, maka tak perlu pindah partai. “Kenapa harus pindah? Kan dari Demokrat bisa,” tambahnya.
Dia menduga ada sebab lain yang membuat Azis keukeuh pindah. Pasalnya, Azis sampai saat ini masih menjadi walikota aktif yang menang karena diusung Demokrat. “Ini kan masyarakat menilai. Ada apa?” kata Agus.
Agus menambahkan, Demokrat sudah terbukti mampu melambungkan karir politik Azis. Sehingga keputusan Azis pindah partai dinilai sebagai hal yang janggal.
Meski telah bergabung dengan PDIP, Agus memandang, karir politik Azis belum tentu membaik alias moncer seperti di Partai Demokrat dulu. Sebab, mencuatnya kepindahan partai Azis jadi penilaian banyak pihak.
“Masyarakat akan menilai loyalitas Pak Azis yang meninggalkan Demokrat disaat dia sudah sukses. Terutama para pemilih saat Pak Azis masih di Demokrat,” jelasnya.
Hal itu menurut Agus bakal berpengaruh pula pada peluang memang Azis jika ‘mentas’ lagi di panggung politik. Pun bagi partai baru Azis. Diyakini Agus, PDIP pun punya penilaian terhadap loyalitas politisi gaek ini.
“Menurut saya kni juga akan jadi penilaian partai barunya. Kok bisa ya, pindah-pindah partai,” katanya.
Agus meyakini, baik Demokrat maupun PDI-P sudah menjadi partai besar tanpa Azis. Keduanya sudah punya basis pemilih masing-masing.
“Jadi Pak Azis belum tentu akan jadi besar pindah ke PDI-P. Juga sebaliknya PDI-P belum tentu tambah besar karena ada Pak Azis. Semua sudah punya pemilih masing-masing,” ucapnya. (*)