Cara menangkap serangga tersebut menggunakan tangan, berbeda dengan belalang yang bisa menggunakan sair ikan. Sekali menangkap, bisa mendapat lima atau empat.
Pepengeng, menurutnya, hanya keluar dan bersuara sekira 15 menitan di saat mereka akan kawin. Pepengeng yang pertama keluar biasanya jantan, kemudian bersuara sangat keras.
Ketika mendengar suara, maka pepengeng betina akan keluar, setelah kawin, keduanya jatuh ke bawah dan akan sulit dicari.
“Makanya berburu pepengeng itu sangat singkat, paling 15 menit hingga 20 menitan saja, saat menjelang magrib setelah gelap dan selesai kawin, sulit dicari karena betina ataupun jantan jatuh ke bawah,” paparnya.
Begitu ditangkap, pepengeng harus segera dimasukkan ke dalam botol, jika tidak, maka akan mudah lepas dan terbang.
Cara mengolah pepengeng, menurut Yani seorang ibu rumah tangga di Desa Pakubeureum, Kertajati, Majalengka. Pepengeng direndam air panas, setelah itu dibuang sayapnya, dicuci, lalu ditiriskan.
Kemudian direndam kembali dengan bumbu berupa asam jawa, bawang merah, garam, ditambah gula dan penyedap rasa. Ada juga yang ditambah cabai merah. Setelah itu, pepengeng digoreng dan dihidangkan.
“Hampir tiap hari ada yang berjualan keliling, belalang dan pepengeng, kadang juga pepengengnya dua hari sekali, kalau ingin mentah, harus pesen terlebih dulu, baru besoknya membawa pesanan,” kata Yani. *