RAKCER.ID – Jauh sebelum mesin cetak ditemukan di Eropa dan menyebar ke Asia, penduduk asli nusantara memanfaatkan kulit pohon saeh (Papermulberry, Broussonetia Papyryfera Vent’) sebagai media tulis. Namanya kertas daluang.
Kertas daluang memiliki tekstur yang lembut, lentur dan kuat. Fungsinya seperti kertas di zaman sekarang.
Untuk diketahui, kertas daluang adalah media tulis kuno asli Indonesia. Keberadaannya mulai punah. Karena perannya sudah terganti kertas modern. Namun begitu, sebagai bagian dari sejarah, tak ada ruginya mengenal kertas daluang.
Baca Juga:Sesama Ketua Partai, Eti-Andrie Berpeluang Duet di Pilkada Kota Cirebon30 Mahasiswa IAIN Cirebon Terjaring Relawan Pajak, Apa Tugasnya?
Menurut Ketua Yayasan Aksara Jawa Pringga Dermayu, Sri Tanjung Sugiarti Tarka, kertas daluang memang belum banyak dikenal. Terutama di kalangan anak muda. Sebab kertas ini tak diproduksi pabrikan.
“Hal ini karena ketidakpopuleran dan keberadaannya yang eksklusif, membuat kertas tradisional ini terancam punah,” kata Sri Tanjung dalam Workshop Pembuatan Kertas Daluang yang digelar Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Usluhuddin dan Adab IAIN Syekh Nurjati Cirebon, belum lama ini.
Padahal kertas daluang merupakan salah satu media tulis asli Indonesia yang pada zaman dahulu digunakan oleh nenek moyang dalam mengabadikan catatan dan peristiwa sejarah.
“Dan dahulu sejak jaman pra Islam, kertas ini digunakan sebagai bagian dari upacara keagamaan agama Hindu. Namun semenjak berkembangnya agama Islam, kertas daluang beralih fungsi menjadi media tulis menulis,” kata Sri Tanjung.
Dia menjelaskan proses pembuatan kertas daluang dimulai dari pembersihan batang pohon saeh. Kulitnya dikelupas sesuai ukuran yang diinginkan. Setelah itu, kulit pohon direndam sampai teksturnya lembut.
“Proses ini dilakukan sampai terbentuknya kertas daluang untuk siap digunakan sebagai media tulis, walau kondisinya masih 80 persen,” kata dia.
Workshop Pembuatan Kertas Daluang diinisiasi oleh Fika Hidayani MHum selaku dosen Filologi yang bekerjasama dengan Yayasan Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu. Tujuannya sebagai upaya memperkenalkan kembali kertas tradisional Indonesia, serta salah satu bentuk penyelamatan kertas tradisonal.
Baca Juga:Kader PKS Jagokan Aher Dampingi Anies BaswedanNIK Jadi NPWP Permudah Administrasi Perpajakan? Begini Respons Kadin Kota Cirebon
Dekan Fakultas Usluhuddin dan Adab IAIN Cirebon, Dr Anwar Sanusi MAg menyambut positif kegiatan ini. Menurutnya, workshop ini sebagai upaya perguruan tinggi melestarikan kearifan lokal.