Kemudian, sebagian dari gas tersebut terlempar dan mendingin menjadi sebuah pelanet sementara yang lainnya terus berpijar dan membentuk sebuah piringan. Hal yang serupa terjadi dengan kabut gas yang berotasi cepat dan membentuk tata surya.
2. Teori Planetesimal
Teori planetesimal di kemukakan oleh sang ali geologi bernama Thomas Crowder Chamberlin dan seorang astronom bernama Forest Ray Moulton, keduanya berasal dari amerika serikat.
Chamderlin dan Moulton menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari gas yang di tarik dari matahari. Gas tersebutlah yang akan membentuk planet, dan di sebut sebagai plastesimal.
Baca Juga:MENARIK! 8 Tempat Kuliner Terpopuler di Lembang yang Bikin Ngiler, Cek Selengkapnya di Sini!8 Tips Merawat Kulit Kering Pada Wajah, Simak Info Menariknya Disini!
Menurut teori planetesimal, ada suatu bintang massif yang lewat dekat dengan matahari. Jarak yang dekat membuat gravitasi keduanya saling menarik dan menghasilkan pasnag pada permukaan matahari.
3. Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar pertamakali di kemukakan pada tahun 1930 oleh ahli astronomi berkebangsaan inggris yaitu Raymond Arthhur Lyttleton. Menurut Lyttleton, solar system terbentuk dari dua buah bintang yang kemudian salah satunya hancur maka terbentuklah sebuah planet. Sedangkan, bintang yang tidak meledak di kenal dengan matahari.
pernyataan ini telah di lakukan penelitian terhadap tata surya lain, ternyata di temukan bahwa ada tata surya yang memiliki bintang kembar. Oleh sebab itu, Lyttleton menyatakan pernyataan ini.
Pada awalnya di tata surya ada dua buah bintang kembar, yaitu matahari dan kembarannya. Kembaran matahari tersebut kemudian meledak hingga menjadi serpihan-serpihan kecil dan debu. Kemudian, debu debu tersebut membentuk menjadi planet dan serpihan batuan yang membentuk jalur asteroid.
4. Teori Proto Planet
Teori ini di kemukakan oleh Carl Von Weizsaecker kemudian di sempurnakan oleh Gerad P.Kuiper pada tahun 1950. Teori proto planet menyatakan bahwa tata surya tembut dari gumpalan gas dengan jumlah yang sangat banyak.
Suatu gumpalan mengalami penarikan partikel-partikel debu membentuk gumpalan bagai bola. Pada saat itulah terjadi pilihan yang membuat gumpalan ini menjadi pipih menyerupai layaknya cakram yang tebal bagian tengahnya dan pipih bagian sampingnya.
Bagian tengah berputar sangat lambat mengakibatkan terjadinya penekanan yang menimbulkan panas dan cahaya (matahari). Bagian tepi cakram berputar sangat cepat sehingga terpecah dan membuat bagian gumpalan yang lebih kecil. Gumpalan yang kecil kemudian membeku dan berubah menjadi pelanet dan sateli.