Hal ini dapat dimaknai sebagai langkah awal untuk memahami Nabi Muhammad di dalam Islam sendiri Nabi Muhammad merupakan penutup para nabi yang menyempurnakan ajaran para nabi-nabi sebelumnya
Atau bisa menjadi makna lain yaitu Sunan Gunung Jati adalah anak seorang raja tentu di kemudian hari bisa dianggap menjadi seorang raja Oleh karena itu beliau belajar menjadi pemimpin kepada Nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan yang sangat besar
Selain belajar menjadi pemimpin bila juga belajar hakikat untuk mengetahui segala sesuatu Hai namun yang jelas sebelum mempelajari dari semua sifat-sifat nabi beliau Sunan gunungjati telah matang dan pelajaran syariat sebagaimana dijelaskan sebelumnya beliau belajar kepada beberapa Ulama di tengah-tengah.
Baca Juga:Budidaya Ikan Nila Lebih Mudah dan Lebih MenguntungkanPakan yang Bagus untuk Jangkrik Umur 1 Sampai 15 Hari, Simak Tips Berikut
Sarif Hidayatullah dan Syarifah muda’im sampai di Cirebon pada tahun 1475 masehi Syarifah muda’im kemudian meminta izin kepada kakaknya Pangeran Cakrabuana yang saat itu menjadi pemimpin dari Keraton mangkua Ti beliau meminta izin untuk tinggal di sambungan di dekat komplek Gunung Sembung.
Tempat Dimakamkannya Syekh Nurjati
Tempat dimakamkannya Syekh Nurjati bertempat di Gunung Sembung ini penggunaan islam gunungjati peninggalan Syekh Nurjati dilanjutkan oleh Syarif Hidayatullah penggunaan Islam gunungjati ini merupakan pondok pesantren tempat Pangeran Cakrabuana dan Rara Santang atau Syarifah muda’im dulu menimba ilmu agama Islam kepada Syekh Nurjati.
Dalam tahun-tahun pertama memulai tugas dakwahnya di Cirebon Sunan gunungjati berperan sebagai guru agama menghentikan Hai Setelah beberapa lama bergaul dengan masyarakat Ia mendapat gelar atau sebutan Syekh Maulana jati yang sehari-harinya disebut Maulana Jati.
Selain di Dukuh Sembung pesambangan Beliau juga berdakwah di daerah Babakan sekitar 3 km dari dukuh sembung Setelah beberapa lama tinggal di Dukuh Sembung Syarif Hidayatullah memperluas Medan dakwahnya hingga ke Banten.
Pada tahun 1479 masehi Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyai Ratu bangku Ati yang merupakan anak pamannya Pangeran Cakrabuana dan selanjutnya kepemimpinan Keraton bangku Ati diserahkan kepada Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Cirebon yang diberi gelar sinuhun Kanjeng susuhunan Jati purba panetep panatagama Aulia Allah kututupi zaman khalifah Rasulullah.