Darmawan juga menyampaikan, saat ini, PLN dalam proses mendesain dan membangun end-to-end smart grid.
Dengan jaringan baru ini, PLN dapat meningkatkan porsi pembangkit energi surya dan angin dari 5 GW menjadi 28 GW.
Pengembangan green enabling super grid dan end-to-end smart grid ini semakin mendesak untuk mengatasi ketidaksesuaian sumber EBT dengan pusat demand listrik dan mengakomodasi penetrasi EBT variable yang sangat masif.
Baca Juga:Rapat Dengan Komisi I, Terungkap Kuota PTSL 2023 HabisDiinteruksikan Prabowo, Purnawirawan Indonesia Raya Bentuk TAP dan Dirikan Posko Diseluruh Daerah
Sistem inilah yang kedepan akan digunakan untuk mendukung pembangunan ASEAN Power Grid.
Sistem ini diproyeksikan mampu menghubungkan transmisi lintas negara-negara di ASEAN, mulai dari Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
“ASEAN Power Grid bukan hanya soal listrik. Namun hal ini mencerminkan kekuatan baru ASEAN. Mencerminkan perubahan ASEAN yang sebelumnya terfragmentasi menjadi ASEAN yang bersatu, demi satu tujuan, kemakmuran bagi kawasan Asia Tenggara,” pungkas Darmawan.
Ditempat yang sama, CEO Canada Business Council, Goldy Hyder mengamini ungkapan Darmawan, ia menyebutkan, terkait menjalankan transisi energi tidak bisa serta merta mengabaikan keterjangkauan dan ketahanan energi.
Langkah transisi energi, menurut Hyder, juga perlu mengedepankan aspek keberlanjutan dan kemakmuran masyarakat di dunia.
“Prinsip utama dalam mencapai sebuah target tidak bisa mengabaikan ketahanan energi, prinsip yang berkelanjutan dan juga keterjangkauan. Langkah-langkah perlu dipetakan secara matang dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat,” tambah Hyder. (sep)