Selain itu, Malik Ibrahim secara tegas menawarkan kesembuhan individu secara gratis. Ia pernah diundang untuk merawat pengantin seorang raja dari Champa atau Cempa sebagai tabib.
Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan teknik bertani yang baru. Dalam komunitas Hindu, ia menyambut baik masyarakat kelas bawah atau kasta yang terpinggirkan.
Jadi tugas pertamanya adalah ideal: mencari tempat di hati penduduk setempat, yang saat ini sedang menderita krisis ekonomi dan konflik sipil.
Baca Juga:Orang Cirebon Wajib Tahu !! Sejarah Singkat Kraton CirebonAda 5 Tempat Ziarah Paling Populer di Cirebon yang Wajib Kamu Kunjungi!
Pertama dan terpenting, Maulana Malik Ibrahim melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui jaringan dan perdagangan.
Dalam urusan rutinnya, dia biasanya sopan. Ia tidak dengan keras membantah keyakinan dan keyakinan masyarakat pribumi, namun hanya menunjukkan keindahan dan kebaikan yang ditawarkan oleh agama Islam. Banyak orang yang tertarik masuk Islam karena kemurahan hatinya.
Dia dapat berinteraksi dengan masyarakat umum melalui perdagangan, dan raja serta bangsawan juga dapat berpartisipasi dalam aktivitas perdagangan sebagai agen jual beli, pemilik kapal, atau pemodal.
Maulana Malik Ibrahim mengunjungi kota Trowulan di Majapahit setelah memantapkan dirinya secara memadai di masyarakat.
Meski Raja Majapahit tidak masuk Islam, ia menyambut baik bahkan memberinya sebidang tanah di pinggiran Gresik. Pemukiman Gapura saat ini terletak di kawasan ini.
Oleh karena itu, guna melahirkan kader-kader yang dapat melanjutkan perjuangan membela ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim mendirikan pesantren di daerah tersebut, yang menjadi kawah perang Islam pada periode berikutnya.
Jutaan umat Islam di Indonesia terus berziarah ke makamnya. Penduduk setempat berbondong-bondong berkunjung untuk berziarah setiap malam Jumat Legi.
Baca Juga:Mengenal 9 Wali Songo : Inilah Urutan Wali Songo Dari yang Pertama Sampai yang TerakhirTERBARU !! Inilah Rute Ziarah 3 Makam Wali Songo di Jawa Tengah dari Rute Jakarta
Setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal juga diadakan upacara haji atau haul tahunan. Pembacaan Al-Quran, mauludan (pembacaan biografi hidup Nabi Muhammad SAW), dan hidangan bubur unik bernama harisah dihidangkan pada upacara yang sama.
Itulah sunan tertua dari wali songo serta sejarahnya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai penyebaran islam pada jaman wali songo.(*)
Simak berita dan artikel menarik lainnya di Google News.