Saat ini, misinformasi telah mulai muncul menjelang pemilu 2024. Meskipun penyebarannya masih terbilang rendah, tetapi sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi. Pengalaman dari pemilu sebelumnya, terutama pemilu 2014 dan 2019, menunjukkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh misinformasi. Pada saat itu, misinformasi cenderung mengarah pada polarisasi di masyarakat, dengan Jokowi menjadi sasaran misinformasi yang paling banyak.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, menekankan bahwa observasi sederhana menunjukkan penyebaran misinformasi yang sudah dimulai. Hasil kajian juga mencatat bahwa isu pemilu menjadi semakin dominan dalam pencarian masyarakat, terutama seiring dengan manuver politik Presiden Jokowi.
Dalam menghadapi pemilu 2024, tindakan proaktif dan kolaborasi antara Kementerian Kominfo, peserta pemilu, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengatasi ancaman misinformasi. Dengan fokus pada integritas, akses ke informasi yang benar, dan pendekatan yang didasarkan pada bukti, Indonesia dapat memastikan bahwa pemilu berlangsung dengan adil, bebas dari gangguan misinformasi, dan memadai dalam menjaga demokrasi yang kokoh.
Baca Juga:CATAT! Bulan Depan Pemerintah Bagi-bagi Rice Cooker Gratis, Ini AlasannyaKEREN! Suara Pemuda di Pemilu 2024: Menuntut Solusi Holistik untuk Isu Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjuta
Demikian informasi selengkapnya mengenai soal ancaman mis informasi dalam pemilu 2024, dan peran kominfo dam Masyarakat. (*)