CIREBON, RAKCER.ID – Dalam dunia politik yang dinamis, setiap keputusan dan perubahan selalu mengundang beragam reaksi, terutama di dalam partai politik. Baru-baru ini, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat, menyampaikan kekecewaannya terhadap sebuah keputusan yang melibatkan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Untuk itu dalam artikel kali ini kami akan membahas informasi secara lengkap mengenai Djarot yang ungkap kekecewaan karena Gibran memutuskan untuk menjadi cawapres Prabowo. Yuk simak informasi selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Keputusan ini melibatkan Gibran sebagai bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Dalam sebuah diskusi di Ganjar Center, Jakarta, Djarot mengungkapkan rasa kegagalannya sebagai seorang kader partai. Padahal, Djarot selalu menekankan tiga nilai penting kepada para kader PDIP di Sekolah Partai: disiplin, loyalitas, dan ikhlas.
Baca Juga:Real Madrid: Ambisi Mereka untuk Memboyong Kylian Mbappe dan Erling HaalandKhofifah Indar Parawansa dan Ridwan Kamil Hadir Sebagai Potensi Kekuatan Baru dalam Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud
Berikut Ungkapan Kekecewaan Djarot Terhadap Gibran:
Menurut Djarot, tiga nilai inilah yang menjadi pondasi dalam membangun ideologi dan kaderisasi di PDIP. Pertama adalah disiplin, yang mencakup disiplin dalam berbicara, teori, dan pengaturan waktu. Kedua adalah loyalitas, yang mengajarkan kader untuk setia pada ideologi partai, tujuan negara, dan aturan partai. Dan yang ketiga adalah ikhlas, menanamkan sikap tulus dalam setiap tindakan dan keputusan.
Namun, Djarot merasa bahwa nilai-nilai ini tidak tercermin dalam Gibran Rakabuming Raka. Djarot menilai bahwa Gibran tidak memperlihatkan kedisiplinan, loyalitas, dan ketulusan yang diharapkan dari seorang kader PDIP. Kekalahan dalam membimbing Gibran, seorang Wali Kota Surakarta yang seharusnya menjadi contoh kader yang baik, membuat Djarot merasa kegagalan yang mendalam.
Pada akhirnya, kekecewaan Djarot juga mencerminkan keprihatinannya terhadap kondisi perpolitikan saat ini. Dia merasa prihatin karena nilai-nilai yang telah diajarkan di Sekolah Partai tidak mampu mengakar dengan baik pada beberapa kader, termasuk Gibran.
Namun, Djarot juga mengakui bahwa tidak semua kasus berakhir dengan kegagalan. Dia mencontohkan kesuksesan Ganjar Pranowo, seorang kader PDIP yang tetap setia meskipun banyak partai lain mencoba merayu-rayu untuk mendapatkan dukungannya.