“Contoh ketika kami di Dinas Ketahanan Pangan membuat Balai Benih Ikan, kami ada pendampingan dari Kejaksaan,” lanjutnya.
Yang diutamakan, sebetulnya pengawasan internal. Harus benar-benar turun mengawasi. Bukan sekedar formalitas. Karena produk dari bangunan itu kata dia, seyogyanya sampai akhir zaman. Kualitasnya terjamin. Sampai generasi berikutnya.
“Jangan sampai ketika selesai masa jabatan bupati, harus sudah diganti lagi pembangunannya,” katanya.
Baca Juga:DPRD Fasilitasi Usulan Fraksi NasDem Ubah Komposisi Anggotanya Dalam AKDKomitmen Frisma Elsa Tamara, Menangkan Ganjar-Mahfud Satu Putaran
Selain itu, perawatannya pun harus menjadi perhatian. Karena seiring berjalannya waktu, adanya perubahan iklim, alam. Akan mengurangi kualitas bangunan. Perawatan harus betul-betul dilakukan.
“Kalau yang sekarang kan hujan juga ngga terlalu. Ambruk. Setelah dibuka, ternyata besinya begitu. Dan kontruksi semennya minim. Ini harus dijadikan bahan evaluasi kedepan. Jangan dianggapnya ini main-main,” imbuhnya.
Kemudian terang Abraham, pembangunan yang dilakukan harus memiliki azas manfaat. Jangan asal membangun tak ada efek manfaat. Abraham pun akhirnya mencontohkan, keberadaan Pasar Batik. Kata dia, Blarakan. Padahal, untuk membangunnya menghabiskan banyak anggaran.
“Jangan asal bangun tapi setelah jadi tidak ada azas manfaatnya. Coba bandingkan dengan Gapura yang kita bangun di Talun. Manfaatnya banyak. Mampu menarik jumlah wisatawan,” pungkasnya. (zen)