“Isu besarnya adalah peran agama dalam menguatkan nasionalisme, merespons krisis keadilan dan kesetaraan, masalah gender, serta kemaslahatan umat, termasuk yang berkenaan dengan krisis iklim,” jelas Wibowo.
Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Ahmad Zainul Hamdi merinci, ada 25 sessi panel yang disiapkan panitia untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema. Sejumlah akademisi, dalam dan luar negeri, dijadwalkan hadir dan ikut sumbang pemikiran.
Mereka adalah Dr. (HC). K.H Yahya Cholil Staquf (Nadhlatul Ulama Central Board), Prof. Dr. Ismail Fajrie Alatas (New York University), Prof. Rahimin Afandi bin Abdul Rahim (Universitas Malaya), Prof. Dr. Claudia Saise (Humboldt-Universität zu Berlin), Prof. Dr. Dora Marinova (Curtin University, Australia), Prof. Dr. Abdul Djamil, MA (State Islamic University Walisongo Semarang, Indonesia), Prof. Dr. Kamaruzaman (Asian Muslim Action Network), Prof. Dr. Hassanein Al-Saeed Hassanein Ahmed (Suez Canal University, Egypt), Prof. Madya Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni (Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam), Assistant Professor Dr. Jassim Mohammed Harjan (University of Baghdad, Iraq), Fazlur Rahman bin Kamsani (Middle East Institute National University of Singapore), dan Dr. Fatma Mohamed Mansour (Suez Canal University). (*)