Kisah Inspiratif Influencer Bali Dari Awal Iseng Bikin Konten Kini Bisa Menghasilkan Banyak Uang di Dunia Onli

Kisah Inspiratif Influencer Bali Dari Awal Iseng Bikin Konten Kini Bisa Menghasilkan Banyak Uang di Dunia Onli
Kisah Inspiratif Influencer Bali. Foto: Pinterest/Rakcerid
0 Komentar

Menurut Wahyu, memiliki jumlah pengikut yang banyak di media sosial dianggap sebagai bentuk kemewahan, sehingga muncul berbagai layanan yang menawarkan jasa untuk meningkatkan jumlah pengikut. Pernyataan ini disampaikan pada Rabu (25/10/2023).

Wahyu mengilustrasikan fenomena promosi produk melalui sistem endorsement. Ia menggambarkan endorsement sebagai bentuk iklan yang memanfaatkan jasa influencer di media sosial.

Wahyu percaya bahwa kemunculan influencer di media sosial juga telah mengubah paradigma periklanan. Para merchant kini lebih leluasa untuk mempromosikan produk mereka dengan memilih influencer yang tepat dan sesuai dengan produk serta budget yang dimiliki. Hasilnya, promosi produk menjadi lebih efektif.

Baca Juga:10 perusahaan Lokal Lama yang Masih Bertahan Ditengah Persaingan, ada di Cirebon! Intip Deretan Pengusaha yang Miliki Mall Mewah di Jakarta, cari tahu yuk!

“Dari sisi biaya, endorsement bisa dibilang lebih terjangkau dibandingkan dengan beriklan di media-media besar dan mainstream. Hal ini karena biasanya hanya dengan memanfaatkan akun media sosial dari figur publik yang diminta untuk melakukan endorsement,” tambahnya.

Di sisi lain, Wahyu menyebutkan bahwa fenomena media sosial juga memunculkan kecenderungan di kalangan masyarakat untuk berlomba-lomba mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya. Akibatnya, mereka kerap membuat konten asal-asalan agar menjadi viral dan mendapat perhatian dari netizen.

Menurut saya, ini adalah akibat negatif dari situasi tersebut. Banyak orang sekarang berlomba-lomba untuk memiliki banyak pengikut, meskipun sebenarnya mereka tidak melakukan apa-apa, tidak memiliki karya yang berarti, dan tidak mencapai prestasi apapun. Akibatnya, ketokohan yang mereka bangun menjadi kosong dan tidak memiliki substansi yang kuat,” demikian pendapatnya.

 

 

0 Komentar