CIREBON, RAKCER.ID – Amerika Serikat telah mengalami lonjakan besar dalam jumlah utangnya sejak pertengahan tahun 2023, dimana tercatat kenaikan 1 triliun dolar AS, sekitar Rp 15.702 triliun, hampir setiap seratus hari. Ini menandai percepatan dari periode sebelumnya di mana AS membutuhkan waktu delapan bulan untuk melihat peningkatan yang sama. Pada awal Januari 2024, data dari Departemen Keuangan AS mencatat total utang nasional telah melampaui angka 34 triliun dolar AS atau sekitar Rp 533.866 triliun.
Peningkatan ini semakin cepat sejak Juni 2023, dimana utang nasional AS tercatat pada 32 triliun dolar AS dan bertambah hingga 33 triliun dolar AS pada September 2023. Terakhir, pada akhir Februari 2024, total telah mencapai 34,4 triliun dolar AS.
Michael Hartnett, seorang strategis investasi dari Bank of America, menyatakan bahwa ada kemungkinan “jebol” utang AS ke 35 triliun dolar AS jika tren saat ini terus berlanjut. Pemerintah AS diperkirakan akan meningkatkan pengeluaran, terutama untuk kebutuhan militer yang telah memakan biaya 9,3 persen dari PDB negara selama empat tahun terakhir.
Baca Juga:Memahami Resesi: Definisi, Penyebab, dan Implikasinya pada EkonomiPentingnya Perencanaan Keuangan Sebelum Mengambil Kredit Mobil
Efek samping dari peningkatan utang tersebut adalah semakin diminatinya aset lindung nilai yang anti-inflasi seperti emas dan bitcoin. Emas mencapai rekor tertinggi atau “all time high” (ATH) pada harga 2.081 dolar AS per troy ounce, yang setara dengan Rp 1,05 juta per gram. Bitcoin juga mengalami kenaikan menjadi 67.734 dolar AS per keping atau sekira Rp 1,06 miliar per keping, menandai bulan Februari sebagai periode penuh kilau untuk mata uang kripto tersebut.
Hartnett merujuk pada data yang menyebutkan bahwa aliran dana ke kripto telah mencapai 44,7 miliar dolar AS hingga tahun berjalan ini. Konsekuensi lain dari kenaikan utang AS adalah penurunan prognosa peringkat utang Amerika oleh Moody’s Investors Service dari stabil menjadi negatif pada November 2023. Terkait keadaan ini, Moody’s menggarisbawahi tantangan yang dihadapi AS jika tidak ada kebijakan fiskal yang efektif untuk memangkas pengeluaran pemerintah atau meningkatkan penerimaan negara, dengan risiko defisit fiskal besar yang akan mengikis kemampuan negara untuk membayar utangnya.
Perkembangan ini dipandang sebagai indikator penting oleh pelaku pasar dan investor yang mungkin akan terus mengawasi kesehatan ekonomi Amerika dan potensi pengaruhnya terhadap pasar global.