CIREBON, RAKCER.ID – Dalam langkah strategis yang siap mengubah lanskap perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan, menyoroti potensi industri rumput laut yang belum dimanfaatkan. Dengan nilai pasar rumput laut global sebesar USD 3,7 miliar (sekitar Rp 57 triliun), kontribusi Indonesia mencapai 16 persen, atau setara dengan USD 600 juta (sekitar Rp 9 triliun).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Shrikumar Suranarayan, Pandjaitan menekankan keunggulan khas yang dimiliki Indonesia – sinar matahari sepanjang tahun, merupakan faktor penting dalam budidaya rumput laut yang membedakan negara ini di kancah global. Penelitian ini menunjukkan prospek perekonomian nasional yang menjanjikan melalui budidaya dan pengembangan produk berbasis rumput laut di dalam negeri.
Luhut Pandjaitan dengan penuh semangat mendorong eksplorasi potensi industri rumput laut seperti batu bara. Ia membayangkan masa depan dimana pemanfaatan rumput laut secara optimal tidak hanya mampu melawan perubahan iklim namun juga menambah nilai ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pergeseran strategis ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada sektor pertambangan selama 5-10 tahun ke depan.
Baca Juga:6 Cara Meningkatkan Omzet pada Usaha Rental MobilDaftar Lengkap Produk Israel yang Diboikot di Indonesia Jelang Ramadhan 2024
Upaya hilirisasi rumput laut dimulai dua tahun lalu, dengan dimulainya proyek percontohan oleh pemerintah, termasuk budidaya rumput laut seluas 100 hektar di Lombok Timur yang diprakarsai oleh Sea6 Energy bersama pemangku kepentingan lainnya.
Budidaya rumput laut skala besar tersebut diharapkan dapat menghasilkan antara 10.000 hingga 15.000 ton rumput laut basah setiap tahunnya per 100 hektar. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan ratusan lapangan kerja bagi penduduk pesisir dan menghasilkan sekitar 1 juta liter biostimulan atau pupuk organik, yang mencakup 1-2 juta hektar lahan pertanian.
Ambisinya tidak berakhir di sini. Rumput laut yang dipanen, melalui pemrosesan segera, berpotensi menghasilkan biofuel, plastik biodegradable, dan makanan bergizi tinggi. Visi Luhut menggambarkan masa depan di mana rumput laut, atau ‘emas hijau’, sebagaimana ia menyebutnya, menjadi lkamusan pembangunan berkelanjutan dan diversifikasi ekonomi Indonesia.
Seiring dengan pemanfaatan ekosistem laut yang dimiliki Indonesia, fokus pada rumput laut menunjukkan pendekatan proaktif terhadap pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Negara ini bersiap untuk mendefinisikan kembali pencapaian ekonominya sambil memprioritaskan kesehatan bumi dan masyarakatnya.