CIREBON, RAKCER.ID –BYD telah mengekspor mobil listrik ke seluruh dunia, termasuk ke Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Namun, puluhan ribu ekspor tersebut rupanya menemui kendala. Meskipun BYD kini menjadi pembuat mobil terbesar ketiga di dunia setelah Tesla dan Toyota, dengan penjualan kendaraan listrik terbanyak, perusahaan tersebut belakangan mengalami kesulitan dalam ekspor mobilnya.
Seperti dilansir Insideevs.com, Selasa (19 Maret 2024), mobil yang diekspor BYD dari China mengalami kendala yang perlu diperbaiki sesampainya di negara tujuan. Misalnya kendaraan yang sampai di Jepang ada yang tergores, sedangkan yang dikirim ke Eropa ada masalah jamur. Meskipun jamur adalah masalah umum pada mobil yang disimpan dalam waktu lama dalam kondisi lembab, permasalahan pada mobil BYD adalah kurangnya perawatan yang tepat untuk menghilangkan jamur.
Permasalahan ini lebih berkaitan dengan logistik dibandingkan cacat produksi. Sekitar 10.000 mobil BYD diyakini terparkir di gudang-gudang Eropa, menunggu untuk dijual sejak akhir tahun lalu. Mempertahankan kontrol kualitas yang ketat di seluruh rute pelayaran global merupakan tantangan baru bagi BYD. Namun, masih terlalu dini untuk menentukan apakah masalah kualitas ini hanya sekedar peringatan palsu atau sesuatu yang perlu ditanggapi dengan serius oleh BYD.
Baca Juga:Peluang dan Tantangan Bisnis Auto Care di Indonesia
BYD berkomitmen untuk mempromosikan adopsi kendaraan listrik secara lebih luas di seluruh dunia. Namun, masalah pada aspek transportasi dan logistik dalam mengekspor mobil-mobil ini dapat menghambat tujuan ini. Tantangan BYD saat ini adalah menemukan cara mengelola pengiriman mobil listrik mereka secara efektif untuk memastikan mobil tersebut tiba dalam kondisi sempurna dan siap digunakan oleh pelanggannya.
Sebagai salah satu produsen mobil terbesar di dunia, BYD memiliki tanggung jawab terhadap pelanggannya, terutama mereka yang telah menaruh kepercayaan kepada perusahaan untuk memasok mobil listrik berkualitas kepada mereka. Perusahaan perlu mengatasi masalah ini dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa ekspornya tidak terkena dampak masalah ini di masa depan.
Kesimpulannya, meskipun ambisi BYD untuk mempromosikan penggunaan kendaraan listrik secara lebih luas di seluruh dunia patut dipuji, tantangan yang dihadapi selama proses ekspor perlu diatasi. BYD perlu meningkatkan aktivitas logistiknya dan memastikan ekspornya terkirim ke negara tujuan dalam kondisi prima. Hanya dengan mengatasi permasalahan ini BYD dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan bertahan lama terhadap pasar kendaraan listrik global.