Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perkiraan luas panen padi pada bulan Maret diperkirakan mencapai 1,247 juta hektar atau setara dengan produksi beras sebanyak 3,83 juta ton.
Sementara itu, estimasi luas panen padi pada bulan April mencapai maksimal 1,587 juta hektar atau setara dengan produksi beras sebanyak 4,90 juta ton.
Di bulan Mei, perkiraan luas panen padi adalah sebesar 1,172 juta hektar atau setara dengan produksi beras sebanyak 3,35 juta ton.
Baca Juga:Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi) KM 64 Arah Sukabumi Longsor, 1 Truk TergulingIvar Jenner Resmi Dilepas Utrecht untuk Bela Timnas U-23 di Piala Asia U-23 2024
Dengan demikian, total produksi beras dari bulan Maret hingga Mei diperkirakan mencapai 12,08 juta ton.
“Hasil panen sudah melimpah dan signifikan, menyebabkan harga Gabah Kering Panen (GKP) yang sebelumnya mencapai di atas Rp 8.000 per kg kini mengalami penurunan. Saat ini, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga harga di tingkat petani, karena para petani juga memerlukan harga pokok produksi yang wajar dengan tambahan margin. Selain itu, pergerakan nilai tukar petani, terutama dalam hal tanaman pangan, juga perlu diawasi agar indeksnya tetap stabil setiap bulannya,” tutup Arief.
Menurut laporan terbaru dari BPS, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) untuk bulan Maret 2024 mengalami penurunan sebesar 1,31 persen dibandingkan dengan bulan Februari 2024, dengan NTP pada bulan Maret mencapai 119,39 persen.
Sementara itu, indeks Nilai Tukar Petani pada subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Maret 2024 juga mengalami penurunan sebesar 5,01 persen menjadi 114,28 persen.
Meskipun demikian, inflasi beras pada bulan Maret 2024 dilaporkan mengalami perlambatan.
Secara bulanan, inflasi beras pada bulan Maret 2024 mencapai 2,06 persen, menurun dari angka 5,32 persen yang tercatat pada bulan Februari 2024.