Pada hari itu, Desa Plumpungan atau dikenal dengan nama Hampra resmi menjadi wilayah perdikan. Hari jadi Kota Salatiga selanjutnya ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750 berdasarkan prasasti tersebut. Tanggal tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga,
Peraturan hukum mengenai tanah pribadi terdapat dalam prasasti Plumpungan atau wilayah kekuasaan, yang diberikan oleh Raja Bhanu untuk kepentingan Desa Hampra di distrik Trigramyama.
Nama lain dari tanah perdikan adalah sima. Raja biasanya membagikan tanah ini kepada daerah-daerah yang telah memberikan kontribusi kepada kerajaan atau kepada mereka yang ingin menggunakannya untuk pembangunan bangunan suci atau keagamaan.
Baca Juga:4 Fakta Menarik Tentang Culpeo, Sang Predator yang Sangat Imut Sekali 5 Fakta dari Burung Paok Bidadari, Burung yang Mempunyai Warna Paling Indah
Selain itu, kawasan tersebut akan menjadi kawasan otonom yang bebas pajak dan upeti. Wilayah Salatiga saat ini merupakan wilayah Hampra yang ditetapkan sebagai wilayah perdikan pada saat prasasti dibuat.
Raja Bhanu kemudian menuliskan kata-kata “semoga berbahagia, semuanya selamat” (Srir Astu Swasti Prajabhyah) dalam prasasti Plumpungan untuk selamanya mencatat pilihan tersebut.
Berdasarkan data pada prasasti Plumpungan, dapat disimpulkan bahwa dahulu Kerajaan Mataram menguasai wilayah Salatiga.
Meskipun tidak jelas bagaimana Raja Bhanu, yang disebutkan dalam prasasti tersebut, memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram, para sejarawan sepakat bahwa seorang bangsawan bertanggung jawab untuk membangun bangunan suci tersebut.
Prasasti Plumpungan juga menyebutkan adanya komunitas Budha di wilayah Salatiga. Selain itu, meskipun wilayah Salatiga bukanlah pusat kerajaan, namun masyarakat Salatiga pada saat itu juga memahami struktur sosial yang berbentuk kerajaan.
Nama Salatiga juga diperkirakan berevolusi dari nama dewi Siddhadewi yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan.
Dewi Trisala adalah nama terpopuler untuk Siddhadewi. Di wilayah inilah nama Trisala kemudian dipertahankan.
Baca Juga:4 Unggas yang Sangat Mirip Dengan Bebek, Bahkan Penampilan nya Sangat Mirip 5 Reptil yang Biasanya Menghuni Pantai, Awas Ada Ular Laut yang Sangat Berbisa
Meskipun tempat tersebut dikenal sebagai Tri-Sala, Sala-tri atau Salatiga dapat digunakan sebagai gantinya, menurut peraturan hukum linguistik.
3. Kediri
Prasasti Kwak yang ditemukan di Desa Ngabean, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1892, menyebutkan berdirinya Kota Kediri. Prasasti ini bertanggal 27 Juli 879 M atau tahun 801 Saka. Kota tertua di Jawa Timur adalah Kediri. Selain itu, Kediri juga sering disebut sebagai Kota Tahu Takwa.