CIREBON, RAKCER.ID – Era digital yang serba cepat, tren belanja berlebihan atau yang sering disebut dengan shopaholic semakin meningkat, terutama di kalangan Gen Z.
Generasi muda ini tumbuh di tengah perkembangan teknologi dan akses mudah ke platform e-commerce, yang mempermudah mereka untuk berbelanja kapan saja dan di mana saja.
Meski kemudahan ini membawa banyak manfaat, ada sisi gelap dari budaya belanja yang berlebihan.
Baca Juga:Banjir Drama Korea Populer di Netflix Oktober 2024, Siap-Siap Maraton Nonton!Akhir Pekan Makin Seru! Daftar Film Korea Terbaru yang Tayang di Bioskop dan Netflix Oktober 2024
Shopaholic atau kecanduan belanja, menjadi masalah serius yang harus diwaspadai dikalangan anak muda.
Shopaholic merujuk pada perilaku belanja kompulsif yang tidak terkendali, di mana seseorang merasa terus-menerus terdorong untuk membeli barang-barang, meskipun sebenarnya tidak membutuhkan produk tersebut.
Perilaku ini sering dipicu oleh dorongan emosional, seperti stres, kebosanan, atau perasaan ingin meningkatkan citra diri.
Sayangnya, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi buruk, seperti masalah keuangan, kecemasan, hingga gangguan hubungan sosial.
Gen Z yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan internet dan media sosial.
Hal ini menjadikan mereka lebih rentan terhadap godaan belanja online.
Tren Shopaholic Dikalangan Gen Z
Faktor Penyebab Shopaholic
Beberapa faktor utama yang membuat Gen Z lebih mudah terjebak dalam kebiasaan shopaholic adalah:
1. Kemudahan Akses ke Platform E-Commerce
Berkat platform belanja online seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia, Gen Z dapat dengan mudah menjelajahi ribuan produk hanya dengan beberapa kali klik. Penawaran diskon besar-besaran dan promo khusus sering kali memancing dorongan untuk membeli lebih dari yang dibutuhkan.
2. Media Sosial dan Influencer
Baca Juga:Ingin Kulit Cerah dan Halus? Ini 5 Face Essence Lokal yang Harus Kamu Coba!Mau Kulit Glowing dan Bebas Kerutan? Coba 6 Serum Lokal Anti-Aging Ini!
Media sosial seperti Instagram dan TikTok penuh dengan konten yang mempromosikan produk-produk baru.
Banyak influencer yang memamerkan barang-barang fashion, gadget, hingga kosmetik yang menarik perhatian Gen Z. Ini mendorong perilaku konsumtif, di mana mereka merasa perlu mengikuti tren agar tidak ketinggalan zaman.
3. FOMO (Fear of Missing Out)
Gen Z sering merasa cemas jika ketinggalan tren atau diskon besar-besaran yang ditawarkan di berbagai platform belanja. FOMO membuat mereka terus-menerus ingin membeli barang-barang baru agar bisa dianggap up-to-date.