Pembelajaran dari Pemilu 2024 untuk Pemilu 2029Nurul Fajri menyoroti bahwa setiap pemilu di Indonesia selalu menyisakan catatan penting, baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangan.
Menurutnya, dinamika demokrasi terus berkembang, sehingga setiap pemilu harus menjadi sarana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pemilu selanjutnya.
“Setiap pemilu memiliki catatan, kelebihan, dan kekurangan. Tugas kita adalah bagaimana ke depan kita bisa menjadi bagian dari ikhtiar dalam mematangkan demokrasi kita. Tidak banyak negara yang mampu melaksanakan pemilihan secara langsung di lebih dari 500 daerah dan 37 provinsi secara bersamaan seperti Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga:Noctourism: Tren Wisata Malam yang Akan Booming di 2025Tren Bergeser, 3 Tanaman Hias Ini Tak Lagi Jadi Favorit di Tahun 2025
Ia juga menegaskan bahwa demokrasi bukan hanya sekadar proses elektoral yang berulang setiap lima tahun, melainkan sebuah upaya berkelanjutan untuk menyempurnakan sistem pemilu yang lebih inklusif, adil, dan transparan.
Aspek Regulasi dan Keadilan Gender dalam PemiluDiskusi juga mendapat respons dari Nurlaeli, yang mengulas aspek regulasi dan payung hukum serta inovasi yang ditawarkan oleh Bawaslu dalam perannya sebagai badan pengawas pemilu.
Sementara itu, Sa’adah dari WCC Mawar Balqis menyoroti pentingnya peran Bawaslu dalam mewujudkan lingkungan pemilu yang adil gender serta membangun ekosistem nir-kekerasan berbasis gender melalui konsolidasi dengan berbagai elemen masyarakat.
Dengan beragam perspektif yang dibahas dalam diskusi ini, peserta mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai tantangan dan peluang dalam pengawasan pemilu.
Acara ini menjadi ruang reflektif bagi berbagai pihak dalam memastikan bahwa pemilu mendatang dapat berjalan lebih transparan dan partisipatif.