Program Makan Bergizi Gratis, Butuh Gizi Manajemen!

Program Makan Bergizi Gratis: Niatnya Mulia, Eksekusinya Masih Diet
Program Makan Bergizi Gratis. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu gebrakan pemerintah yang, kalau diibaratkan makanan, niatnya kayak nasi tumpeng lengkap yakni penuh gizi, penuh filosofi, dan siap menyatukan rakyat.

Targetnya juga bukan main-main hingga 83 juta penerima manfaat, dari siswa sekolah sampai ibu hamil. Visi besarnya? Mengantar Indonesia menuju “Indonesia Emas 2045.” Tapi sayang, sebelum sampai emas, dapurnya udah tutup duluan.

Salah satu dapur MBG di Kalibata sempat ngambek alias berhenti operasi karena belum dibayar Rp1 miliar. Waduh, kalau dapur mogok, yang lapar bukan cuma anak sekolah, tapi juga harapan rakyat.

Baca Juga:3 Inspirasi Desain Minimalis Rumah Tropis! Simpel, Nyaman, dan Siap Hadapi Cuaca EkstremBikin Betah WFH! 7 Inspirasi Home Office Bergaya Modern yang Bikin Produktif Sekaligus Estetik

Badan Gizi Nasional (BGN) buru-buru klarifikasi, katanya itu “urusan internal”. Yah, kayak hubungan yang lagi LDR katanya internal, tapi semua orang kena dampaknya.

Program ini mirip masak rendang niatnya lama, anggarannya mahal, tapi kalau nggak dijaga, bisa jadi cuma semur-semur biasa. Bayangkan, total anggaran program ini diperkirakan mencapai Rp450 triliun sampai 2029.

Kalau dihitung-hitung, ini bukan cuma makan siang, tapi kayak makan dari sarapan sampai camilan tengah malam. Tapi ya itu tadi, kalau uangnya cuma nyangkut di system yang kenyang malah spreadsheet, bukan perut anak-anak.

Sementara di sisi lain, pedagang kantin sekolah mulai was-was. Banyak yang mengeluh, dagangannya mendadak kayak mantan nggak laku. Padahal mereka ini bagian dari ekosistem pendidikan yang selama ini setia mengantar anak-anak dari gorengan menuju gorengan. Sekarang? Saingannya langsung negara. Berat, Bang.

Jadi, kalau boleh saran, program ini jangan cuma fokus bikin kenyang, tapi juga harus bikin tenang. Bayar mitra tepat waktu, libatkan pelaku lokal, dan pastikan koordinasi jangan kayak sambungan Zoom yang suka lag. Jangan sampai program makan siang jadi bahan ketawa pahit masyarakat yang lapar kepercayaan.

Karena ya, kita semua sepakat anak-anak Indonesia butuh gizi. Tapi programnya juga butuh “gizi manajemen” biar nggak masuk angin di tengah jalan. Mau Indonesia Emas 2045? Yuk, mulai dari dapur yang sehat dulu yang bukan cuma penuh makanan, tapi juga penuh kejelasan.

0 Komentar