Kartini Nulis Surat, Kita Nulis Caption! Apa Masih Sama Semangatnya?

Kartini Nulis Surat, Kita Nulis Caption! Apa Masih Sama Semangatnya?
Semangat Kartini di Era Digital. Foto: ISTIMEWA/rakcer.id
0 Komentar

Tapi kalau Kartini hidup di era digital, engagement rate nya enggak diukur dari views, tapi dari gerakan nyata yang terjadi setelah suratnya dibaca.

Kartini Enggak Akan Marah, Tapi Mungkin Kecewa

Kartini enggak akan marah kita nulis caption estetik. Tapi mungkin dia bakal kecewa kalau tulisan kita cuma jadi tempelan, bukan perlawanan. Dia mungkin bakal heran kenapa kita lebih hafal 30 jenis filter TikTok daripada sejarah perjuangan emansipasi.

Dan kalau Kartini lihat comment section kita yang penuh debat “perempuan harus bisa masak enggak sih?”, mungkin dia bakal menarik napas panjang dan menulis surat lagi. Kali ini bukan ke Stella Zeehandelaar, tapi ke kita “Anakku, masa depanmu bukan ditentukan oleh validasi netizen.”

Baca Juga:6 Inspirasi Kitchen Set Letter L, Bikin Dapur Gen Z Makin Estetik dan Fungsional!Kitchen Letter L, Dapur Minimalis Estetik Ala Gen Z yang Bikin Masak Jadi Healing

Menulis Ulang Semangat Kartini

Jadi, ini bukan tentang siapa yang paling Kartini. Bukan juga tentang melarang nulis caption cantik-cantik. Tapi mari kita mulai bertanya apa tulisan kita hari ini bisa jadi terang buat orang lain, atau sekadar pantulan cahaya ring light?

Bikin konten? Silakan, tapi coba sisipkan keberanian buat menyuarakan hal penting. Bikin caption? Gas! Tapi semangatnya jangan cuma biar rame tapi biar berarti.

Dan kalau suatu hari tulisan kita bisa bikin satu perempuan ngerasa lebih percaya diri, lebih berani bersuara, mungkin itu cara kita melanjutkan surat-surat Kartini dengan gaya yang lebih kekinian, tapi semangat yang tetap menyala.

0 Komentar