CIREBON,RAKCER.ID – Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump selama masa jabatannya masih memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Amerika Serikat.
Dalam analisis terbaru, para ekonom memperkirakan bahwa tarif tersebut dapat mendorong inflasi di AS naik hingga 2,5% dalam waktu dekat.
Proyeksi ini menyoroti bagaimana kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi harga barang dan jasa di pasar domestik.
Baca Juga:CEO Ark Beri Pujian Tesla dan Palantir Usai Pimpin Industri BlockchainWhale Bitcoin Ini Bangun dengan Harta Rp515 Miliar Usai Tertidur 1 Dekade
Simak Ulasan Lengkap Tentang Tarif Trump
Tarif yang dikenakan pada berbagai produk impor, termasuk barang-barang dari China, telah menyebabkan kenaikan biaya bagi produsen dan konsumen.
Ketika perusahaan menghadapi biaya yang lebih tinggi akibat tarif, mereka cenderung meneruskan biaya tersebut kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
Hal ini berpotensi menyebabkan inflasi yang lebih tinggi, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada barang impor.
Menurut laporan dari beberapa lembaga riset, dampak tarif Trump dapat dirasakan di berbagai sektor, mulai dari elektronik hingga barang konsumsi sehari-hari.
Kenaikan harga ini dapat mengurangi daya beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Jika inflasi mencapai 2,5%, ini akan menjadi tantangan bagi Federal Reserve, yang memiliki target inflasi sekitar 2% untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Selain itu, proyeksi inflasi yang lebih tinggi juga dapat mempengaruhi kebijakan moneter.
Baca Juga:Pendiri Twitter Sebut Bitcoin Bisa Buat UMKM Punya Bank SendiriInflasi PPI AS Turun di April, Harga Bitcoin Ikut Tergelincir
Federal Reserve mungkin perlu mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang direncanakan untuk mengendalikan inflasi.
Kenaikan suku bunga dapat berdampak pada pinjaman, hipotek, dan investasi, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Namun, beberapa ekonom berpendapat bahwa inflasi yang lebih tinggi juga dapat dipicu oleh faktor lain, seperti gangguan rantai pasokan akibat pandemi COVID-19 dan permintaan yang meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi.
Oleh karena itu, meskipun tarif Trump berkontribusi pada inflasi, mereka bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi dinamika harga di AS.
Secara keseluruhan, proyeksi inflasi yang meningkat hingga 2,5% sebagai dampak dari tarif Trump menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan memiliki konsekuensi jangka panjang yang perlu diperhatikan.
Dengan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian AS, penting bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan dampak dari kebijakan yang diambil dan mencari solusi yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa memicu inflasi yang tidak terkendali. (*)