CIREBON,RAKCER.ID – Situasi geopolitik di Timur Tengah kembali memanas, khususnya konflik antara Iran dan Israel.
Menurut laporan terbaru dari Bitwise di kawasan Eropa, kondisi ini justru bisa menjadi pemicu lonjakan harga Bitcoin (BTC) dalam waktu dekat.
Berdasarkan data historis selama 20 tahun terakhir, Bitcoin tercatat mengalami kenaikan rata-rata sebesar 31,2 persen dalam 50 hari setelah peristiwa geopolitik besar terjadi.
Baca Juga:Investor Whale Buka Posisi Long Bitcoin Rp7 Miliar, Keuntungan Mengambang Capai US$4 JutaRiset Ungkap Bitcoin-XRP Bakal Gantikan Dolar AS pada 2050
Simak ulasan lengkap tentang Ketegangan Timur Tengah
Harga BTC sendiri sempat merosot ke level US$102.600 ketika konflik mencapai puncaknya, namun kini telah pulih ke angka sekitar US$106.700 pada Selasa (17/06).
Jika pola historis tersebut terulang, maka dalam proyeksi 50 hari ke depan, Bitcoin berpotensi mendekati level US$140.000.
Bitwise menilai bahwa momen seperti ini sering menjadi peluang strategis bagi investor jangka menengah hingga panjang.
Pemulihan sentimen pasar mulai terlihat di awal pekan ini, terutama dengan adanya arus masuk modal ke produk ETF Bitcoin serta pelemahan nilai dolar AS yang mendukung kenaikan harga aset kripto.
“Permintaan yang kuat dari ETF dan institusi besar, dipadukan dengan pemulihan psikologis pasar, bisa menjadi dorongan utama bagi Bitcoin untuk masuk ke fase tren naik berikutnya,” tulis Bitwise dalam laporannya.
Meski demikian, investor tetap diimbau untuk berhati-hati dan memahami bahwa volatilitas tinggi tetap menjadi risiko utama di pasar kripto.
Disclaimer: Bukan saran finansial. Lakukan riset mandiri (DYOR) sebelum mengambil keputusan investasi. (*)