CIREBON,RAKCER.ID – Dalam upaya mempercepat adopsi kecerdasan buatan otonom (agentic AI), muncul konsep baru bernama Multi-Agent Collaboration Protocol (MCP) sebuah sistem terbuka di mana berbagai agen AI bisa berinteraksi, bertransaksi, dan bekerja sama secara dinamis.
Meskipun konsep ini terdengar revolusioner, banyak sektor teregulasi seperti keuangan, kesehatan, dan pemerintahan masih bersikap hati-hati. Salah satu alasan utamanya MCP belum siap untuk KYC (Know Your Customer).
Simak Ulasan Lengkap Tentang Open Agent seperti MCP
Apa Itu MCP?
Baca Juga:Robot Seharga $299 dari Hugging Face Bisa Mengubah Industri RobotikCara Atlassian Mengembangkan AI Agen Lewat Budaya Eksperimen
MCP atau Multi-Agent Collaboration Protocol adalah sistem terbuka yang memungkinkan berbagai agen AI untuk saling berkomunikasi dan mengambil tindakan secara otomatis.
Dalam ekosistem ini, agen bisa “menyewa” agen lain, berbagi tugas, dan membuat keputusan berdasarkan informasi real-time.
Tujuan akhirnya adalah menciptakan jaringan AI yang bisa bekerja seperti manusiakolaboratif, adaptif, dan otonom.
Namun, seperti halnya dengan sistem terbuka lainnya, tantangan keamanan, transparansi, dan akuntabilitas menjadi perhatian utama.
KYC: Masalah Besar di Dunia AI Terbuka
Di sektor seperti perbankan dan layanan keuangan, regulasi KYC merupakan elemen vital untuk mencegah pencucian uang, pendanaan terorisme, dan aktivitas ilegal lainnya. Dalam sistem tradisional, setiap entitas yang ingin mengakses layanan harus terverifikasi identitasnya.
Masalahnya, MCP belum punya mekanisme identifikasi yang kuat. Dalam sistem yang didasarkan pada agen AI anonim dan open-source, tidak jelas siapa yang mengendalikan agen, dari mana data berasal, atau untuk tujuan apa agen bertindak. Ini menciptakan “lubang hitam” dalam hal audit dan kepatuhan hukum.
Mengapa Sektor Teregulasi Masih Waspada?
Kurangnya Verifikasi Identitas: Tanpa sistem KYC bawaan, sulit bagi organisasi teregulasi untuk mengetahui dengan pasti apakah agen yang mereka ajak kerja sama dapat dipercaya.
Baca Juga:Mengapa AI Masih Sulit Diterapkan di Perusahaan ?Elon Musk Bentuk Partai America Party, Sebut Fiat Tidak Miliki Harapan
Risiko Hukum dan Reputasi: Jika agen AI mengambil keputusan yang melanggar hukum atau etika, perusahaan bisa terkena tanggung jawab hukum meskipun tindakan itu dilakukan oleh entitas digital.
Tidak Ada Pengawasan Terpusat: Dalam protokol terbuka seperti MCP, tidak ada otoritas tunggal yang mengawasi aktivitas agen.
Hal ini menimbulkan risiko terhadap keamanan data dan integritas sistem.