Karena kita membeli saham itu artinya kita membeli bagian dari bisnis yang nyata. Bayangkan, dari kita bangun tidur sampai tidur lagi, hampir semua produk yang kita gunakan adalah bagian dari perusahaan publik yang memiliki saham.
Kalau kita suka makan roti, kita bisa cari perusahaan pembuat roti tersebut dan melihat apakah dia perusahaan Tbk. Misalnya, saat kita menggosok gigi, banyak produk dari Unilever yang kita gunakan, dan itu semua adalah bagian dari perusahaan publik.
Saat kita merokok di teras, kita bisa lihat rokok-rokok seperti Sampoerna, yang merupakan bagian dari perusahaan Tbk juga. Bahkan mobil yang kita pakai, bannya, hingga dealernya pun merupakan bagian dari perusahaan publik.
Baca Juga:Ahmad Luthfi Jadikan Desa Penggarit Sebagai Role Model Pengelolaan Sampah Berbasis DesaBank bjb Tumbuh Positif di Tengah Tantangan, Cetak Laba Rp606 Miliar pada Triwulan I 2025
Ponsel yang kita pegang, seperti iPhone dari Apple, adalah contoh lain. Itu semua adalah perusahaan yang sahamnya bisa kita beli.
Jadi, seharusnya kita mulai berpikir sebagai investor, bukan hanya sebagai konsumen. Misalnya, kita tiap hari menarik uang dari bank seperti BCA, BRI, Mandiri, atau BNI.
Kita jangan hanya berpikir sebagai pengguna layanan bank, tapi coba bayangkan jika kita bisa memiliki bagian kecil dari bank tersebut. Dengan begitu, setiap kali orang lain bertransaksi, kita juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham dan pembagian dividen.
Jadi, kita harus mulai berpikir sebagai investor, bukan hanya sebagai konsumen. Misalnya, saat kita pergi ke Alfamart atau Indomaret, bahkan toko-toko tersebut adalah perusahaan publik.
Kita bisa lihat produknya satu per satu, lalu cari tahu siapa produsennya. Contohnya, kalau kita makan Indomie, berarti kita mengonsumsi produk dari Indofood CBP, yang juga merupakan perusahaan publik dan memiliki saham yang bisa dibeli.
Perusahaan bekerja dengan sangat sederhana. Mereka menjual produk atau jasa untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan, maka aset perusahaan juga akan meningkat, dan hal ini terlihat dalam laporan neraca (balance sheet).
Jika aset meningkat, perusahaan bisa menjangkau konsumen lebih luas. Semakin banyak konsumen, maka potensi menarik investor pun semakin tinggi, sehingga siklusnya berulang.