FTX bahkan mensponsori banyak kegiatan dan brand ternama. Mereka membuat “FTX Arena”, menjadi sponsor tim Mercedes di ajang F1, dan menggandeng nama-nama besar seperti Tom Brady dan Stephen Curry. Namun, di balik kesuksesan ini, ada pertanyaan besar: Mengapa perusahaan sebesar ini bisa hancur?
Jawabannya berawal dari sebuah artikel bocoran dari jurnalis CoinDesk yang mempublikasikan neraca keuangan Alameda Research. Dalam laporan itu, diketahui bahwa Alameda memiliki aset senilai 16 miliar dolar AS. Namun yang mengejutkan, 40–50% dari aset tersebut berasal dari token FTX sendiri, yaitu FTT.
Token FTT yang dimiliki Alameda bukan berasal dari hasil pembelian riil di pasar, melainkan token yang mereka ciptakan sendiri, yang kemudian dicatat dalam neraca keuangan. Token yang “dicetak dari angin” ini lalu digunakan untuk meminjam uang sungguhan di dunia nyata. Artinya, mereka menggunakan aset yang mereka buat sendiri sebagai jaminan pinjaman, sebuah praktik yang sangat berisiko dan tidak sehat secara finansial.
Baca Juga:Cara Memahami Saham untuk Pemula Dalam 30 Menit, Simak Yuk PenjelasannyaAhmad Luthfi Jadikan Desa Penggarit Sebagai Role Model Pengelolaan Sampah Berbasis Desa
Setelah laporan itu tersebar, CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ), yang merupakan investor awal di FTX pada tahun 2020, menanggapi dengan serius. Binance sendiri memegang token FTT senilai sekitar 2,1 miliar dolar AS sebagai hasil dari investasinya. CZ kemudian mengumumkan lewat Twitter bahwa ia akan menjual semua token FTT milik Binance karena kondisi neraca keuangan Alameda yang mencurigakan.
Pengumuman tersebut memicu efek domino. Banyak orang kemudian ikut-ikutan menjual FTT dalam jumlah besar, menciptakan spiral kehancuran di pasar. CEO Alameda, Caroline, sempat menyatakan di Twitter bahwa pihaknya akan membeli kembali semua token FTT di harga dua dolar, namun tekanan pasar terlalu besar dan harga token terus merosot.
Situasi ini menyebabkan nilai FTT anjlok, dan karena sebagian besar neraca keuangan Alameda bergantung pada token tersebut, maka kehancuran harga FTT juga menyeret Alameda jatuh. Tweet dari CZ memicu fenomena yang disebut sebagai “bank run” terhadap FTX.
Bank run adalah kondisi ketika banyak nasabah secara bersamaan menarik dana mereka karena kehilangan kepercayaan terhadap lembaga keuangan. Sebagai ilustrasi, bayangkan Anda memiliki uang Rp100 juta yang ditaruh di Bank BCA, dan Anda menarik uang itu sendiri, maka bank bisa memberikan dananya secara tunai. Namun, jika semua nasabah menarik uang secara bersamaan, bank tidak akan mampu membayarnya karena sistem perbankan menggunakan skema fractional reserve.