RAKCER.ID – Teknologi Olahraga Hawk Eyes, para penggemar olahraga bulutangkis atau istilah “challenge” yang menjadi tidak asing dikalangan penggemar olahraga bulu tangkis. Tantangan ini menjadi keputusan wasit untuk melihat shuttlecolk masuk apa tidaknya pada area yang sangat di tetapkan.
Tujuan dari teknologi olahraga mata elang ini adalah agar permainan lebih adil dan wasit dapat memutuskan dan tidak ada yang kontraversial. Yang digunakan adalah teknologi Hawk eye atau istilah mata elang.
Sejarah
Hawk-Eye adalah sebuah sistem vision komputer yang dapat melacak lintasan bola secara visual dan menampilkan berbagai kemungkinan besar dalam gambar tiga dimensi atau video. Teknologi Hawk Eye menjadi terkenal pada tahun 2006 ketika digunakan dalam olahraga tenis oleh International Tennis Federation (ITF). Teknologi ini menampilkan hasil lintasan pada layar.
Baca Juga:Daftar Menu Lawson 2025, Menu Baru yang Bikin Lidah Bergoyang Teknologi Olahraga VAR dalam Sepakbola, Simak Penjelasannya
Pada tahun 2001 teknologi mata elang dikembangkan di negara Inggris oleh Paul Hawkins dan David Sherry dalam perusahaan bernama Hawk-Eye Innovations Ltd yang bermarkas di Winchester, Hampshire. Tahun 2010
Sony, perusahaan Jepang Pada tahun 2001, tayangan olahraga adalah yang pertama kali menggunakan teknologi ini di televisi.
Cara Kerja Hawk Eyes
Penggunaan sejumlah kamera beresolusi tinggi dan berkecepatan tinggi yang dipasang di arena pertandingan sangat penting untuk akurasi teknologi ini. Kamera-kamera tersebut diposisikan sehingga mereka dapat mencapai seluruh sudut lapangan, terutama area yang sulit dijangkau pengamatan.
Selanjutnya, gambar yang diambil dari kamera dikirim ke sistem komputer melalui kabel fiber optik untuk mendukung review dalam waktu nyata . Pemodelan akan dilakukan setelah sistem menganalisis gambar yang terkumpul. Model yang dibuat menggambarkan lintasan shuttlecock pada layar. Sistem ini memiliki kemampuan untuk menunjukkan lintasan dan titik jatuh shuttlecock.
Hawk Eyes bekerja dengan menangkap gambar dari yang terjadi di lapangan melalui kamera yang mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dan dipasang d berbagai sudut biasanya 6-7 kamera. Untuk proses analisis, gambar digabungkan dengan properti data baris waktu kamera. Sistem akan memproses setiap piksel dari frame untuk mengidentifikasi keberadaan shuttlecock.
Setelah menemukan kumpulan piksel yang memiliki pola shuttercock, sistem akan menentukan objek dan membandingkannya dengan posisi pada kamera lainnya dalam waktu yang posisi sama. Proses ini dikenal sebagai triangulasi. Terakhir, sistem memodelkan triangulasi lintasan shuttercock ke dalam tampilan grafis, sehingga baik wasit maupun pemain dapat melihatnya.