CIREBON, RAKCER.ID – Membacakan buku untuk bayi sering dianggap hal sepele, padahal manfaatnya luar biasa, lho.
Banyak orang tua kini meluangkan waktu sebelum tidur untuk bercerita, meski Si Kecil belum memahami kata-kata. Aktivitas sederhana ini ternyata bisa merangsang perkembangan otak bayi.
Menurut penelitian, membacakan buku pada bayi mampu menstimulasi sel-sel otak, memperkuat ingatan, sekaligus meningkatkan kemampuan bahasa.
Baca Juga:Glider Parenting vs Helicopter Parenting: Mana Pola Asuh yang Lebih Baik untuk Anak?7 Kesalahan Pola Asuh yang Bisa Membuat Anak Jadi Insecure
Tak hanya itu, anak juga jadi lebih mudah belajar membaca di kemudian hari.
Membacakan Buku Sejak Dini Bantu Anak Cepat Bicara
Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr. Nitish Basant Adnani, menegaskan bahwa buku merupakan salah satu stimulasi terbaik untuk bayi.
Dengan rutin membacakan cerita, anak bukan hanya terbiasa mendengar kata-kata, tapi juga akan lebih cepat berbicara.
“Buku itu objek stimulasi yang praktis. Anak akan merekam semua kata meski awalnya belum paham. Nantinya, hal ini membantu mereka cepat babbling dan mengucapkan kata pertama,” jelas dr. Nitish.
Semakin sering anak mendengar bacaan, semakin baik pula perkembangan bahasanya. Jadi, jangan ragu untuk membacakan buku sejak bayi ya, Bun.
Hindari Gadget untuk Anak di Bawah 2 Tahun
Di era digital, banyak orang tua tergoda memberikan gadget pada bayi. Namun, dr. Nitish mengingatkan bahwa screen time tidak disarankan untuk anak usia 0–2 tahun.
Mengapa? Karena stimulasi dari gadget bersifat satu arah, sehingga anak tidak diajak merespons. Hal ini berbeda dengan buku atau interaksi langsung bersama orang tua yang mendorong anak untuk bereaksi.
Baca Juga:4 Kesalahan Pola Asuh yang Bisa Membuat Anak Kaya Sulit Mandiri5 Kesalahan Orang Tua yang Diam-Diam Menghambat Kemandirian Anak
Bahkan, penelitian menunjukkan penggunaan gadget pada usia terlalu dini berisiko menyebabkan speech delay (keterlambatan bicara) dan meningkatkan risiko tantrum.
Temperamen Anak dan Pola Asuh
Selain stimulasi bahasa, setiap anak lahir dengan temperamen bawaan. Ada yang aktif, pemalu, mudah beradaptasi, hingga membutuhkan keteraturan.
Temperamen ini bukan sifat hasil belajar, melainkan bawaan genetik yang hanya sedikit dipengaruhi lingkungan.
Menurut teori Hipokrates, temperamen manusia terbagi menjadi empat:
Sanguinis → ceria, ekspresif, suka memimpin.
Melankolis → pemikir, perfeksionis, logis.