CIREBON, RAKCER.ID – Pernahkah anak marah, sedih, atau takut lalu kita buru-buru bilang, “Sudah, jangan nangis!” atau “Ah, masa gitu aja takut?”
Kalimat sederhana itu mungkin terlihat sepele, tapi sebenarnya bisa membuat anak merasa tidak dimengerti.
Padahal, yang anak butuhkan pertama kali bukan solusi instan, melainkan perasaan didengar dan diterima.
Baca Juga:Main Lumpur Lebih Baik daripada Main Gadget? Ini Rahasia Parenting Berbasis AlamCara Bijak Atasi Sibling Jealousy: Bikin Kakak-Adik Kompak Seumur Hidup
Inilah yang disebut validasi emosi teknik sederhana tapi sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
Apa Itu Validasi Emosi?
Validasi emosi adalah mengakui dan menerima perasaan anak tanpa menghakimi.
Artinya, kita tidak selalu harus setuju dengan sikap anak, tapi kita memberi ruang bahwa emosi yang ia rasakan itu nyata dan wajar.
Contoh ketika mainan si kecil rusak, bagi kita mungkin hal sepele. Tapi bagi anak, itu bisa jadi pengalaman yang sangat mengecewakan.
Dengan validasi, kita tidak berkata “Ah, cuma mainan,” melainkan, “Mama ngerti kamu kecewa, ya. Rasanya sedih kalau mainan kesayangan rusak.”
Kenapa Validasi Emosi Penting?
1. Membantu anak mengenali dan mengelola emosinya
2. Menumbuhkan rasa aman dan percaya pada orang tua
3. Mengurangi risiko anak memendam perasaan
4. Membentuk empati dan komunikasi emosional sejak dini
Anak yang emosinya divalidasi akan tumbuh lebih percaya diri, lebih tenang, dan lebih dekat dengan orang tuanya.
Teknik Validasi Emosi untuk Orang Tua
1. Dengarkan Tanpa Menyela
Biarkan anak bercerita dulu. Kadang mereka hanya butuh telinga yang sabar mendengar.
2. Pahami Sudut Pandang Anak
Baca Juga:Anak Introvert vs Ekstrovert: Mana yang Lebih Hebat? Yuk, Kenali Kepribadian Buah Hati!Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan: Murah, Mudah, dan Efektif
Hal kecil bagi kita bisa jadi besar bagi anak. Masuklah ke dunia mereka.
3. Berikan Kata-Kata Pengakuan
Contoh: “Kamu marah banget ya?” atau “Wajar kok kalau kamu takut.”
4. Gunakan Kontak Mata dan Sentuhan
Pelukan hangat bisa jadi validasi yang paling ampuh.
5. Tunda Nasihat atau Solusi
Selesaikan dulu emosinya, baru beri arahan.
6. Ajarkan Anak Menamai Emosi
Gunakan kata sederhana seperti marah, sedih, kecewa, takut—agar anak lebih mudah memahami perasaannya.
Contoh Kalimat Validasi
“Mama ngerti kamu kecewa karena nggak jadi main.”