CIREBON, RAKCER.ID – Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh berprestasi dan membanggakan.
Namun, dalam prosesnya, tidak jarang orang tua menerapkan pola asuh yang kurang tepat tanpa disadari.
Salah satu pola asuh yang cukup populer adalah tiger parenting.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh profesor hukum Amy Chua melalui bukunya Battle Hymn of the Tiger Mom.
Baca Juga:Authoritative Parenting, 10 Cara Efektif Didik Anak Tanpa Harus GalakWaspada! Modus Penipuan Baru “Quishing” Incar Login Gmail, Rekening Bisa Terkuras
Dalam buku tersebut, ia menggambarkan bagaimana pola asuh ketat dan penuh aturan ia terapkan pada anak-anaknya.
Sejak saat itu, American Psychological Association pun menggunakan istilah tiger parenting untuk merujuk pada pola asuh yang otoriter, penuh kontrol, dan sangat disiplin.
Memahami Tiger Parenting Lebih Dalam
Tiger parenting adalah pola asuh yang menekankan kedisiplinan, prestasi akademik, serta keberhasilan anak sejak usia dini.
Orang tua yang menerapkan pola ini biasanya memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak.
Beberapa ciri khas orang tua dengan tiger parenting antara lain:
1. Menuntut anak selalu meraih nilai sempurna di sekolah.
2. Mengikutsertakan anak dalam berbagai kursus atau les tambahan.
3. Memberikan hukuman bila anak gagal mencapai standar yang ditentukan.
4. Membatasi waktu bermain atau bersosialisasi anak.
5. Lebih menekankan hasil daripada proses belajar.
Sekilas, pola asuh ini terlihat positif karena bertujuan agar anak sukses di masa depan.
Namun, pola asuh yang terlalu ketat justru bisa berdampak negatif bila tidak disertai keseimbangan.
Dampak Negatif Tiger Parenting
Meskipun niatnya baik, penelitian menunjukkan bahwa tiger parenting tidak selalu menjamin anak akan lebih sukses dibanding anak dengan pola asuh lainnya.
Baca Juga:8 Rekomendasi Karpet Ruang Tamu Elegan yang Bikin Rumah Terlihat Mewah dan Nyaman!4 Aneka Jenis Tanaman Hidroponik yang Mudah Ditanam di Rumah
Bahkan, anak yang tumbuh dengan pola asuh ini cenderung mengaitkan harga dirinya dengan prestasi semata.
Beberapa dampak negatif yang mungkin muncul adalah:
1. Anak tumbuh dengan rasa takut berbuat salah.
2. Cenderung merasa tertekan untuk selalu menyenangkan orang tua.
3. Sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.
4. Rentan mengalami stres, kecemasan, hingga depresi.
Jika pola ini berlangsung lama tanpa ada ruang untuk anak berekspresi, dikhawatirkan akan menghambat perkembangan emosional dan mentalnya.