TikTok menjadi tempat di mana mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi tantangan hidup. Komentar dan dukungan dari orang tak dikenal bisa menjadi sumber kekuatan yang signifikan.
Hal ini dapat membantu mengurangi rasa malu atau stigma yang seringkali menyertai isu-isu pribadi, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Menemukan Jati Diri di Hadapan Publik
Bagi Gen Z, jati diri bukanlah sesuatu yang ditemukan dalam kesunyian, melainkan sesuatu yang dibangun dan dieksplorasi di hadapan publik.
Baca Juga:Media Sosial dan Budaya K-Pop: Sinergi yang Mengubah Dunia HiburanGelombang Baru Komunikasi: Mengupas Fenomena Podcast dan Live-Streaming
Merka menggunakan platform seperti TikTok sebagai “papan tulis” untuk menguji berbagai identitas, minat, dan nilai-nilai. Dari setiap video yang mereka buat, mereka belajar lebih banyak tentang siapa mereka dan bagaimana mereka ingin dilihat dunia.
Meskipun terlihat berisiko, keterbukaan ini adalah bagian dari proses pertumbuhan. Mereka belajar menerima kritik, menavigasi interaksi sosial, dan membangun batasan digital.
Pada akhirnya, TikTok menjadi semacam arsip pribadi yang mencatat perjalanan mereka dalam menemukan dan mendefinisikan jati diri.
Bagi Gen Z, berbagi kisah hidup di TikTok bukan hanya tentang mencari popularitas, tetapi juga tentang mencari koneksi, validasi, dan pengertian.
Ini adalah acra mereka untuk mengolah emosi, membangun komunitas, dan menjalani proses yang rumit dalam menemukan jati diri di dunia yang serba terhubung. Platform ini ini memberi mereka ruang untuk menjadi diri mereka sendiri, dengan segala kerumitan dan keindahan yang ada.(*)