CIREBON, RAKCER.ID – Setiap anak punya hak untuk merasakan marah, kecewa, atau sedih.
Namun, tidak semua tahu cara yang tepat untuk menyalurkan emosinya. Ada yang menangis keras, ada yang memilih diam, bahkan ada yang melempar barang saat kesal.
Sebagai orang tua, tugas kita bukan melarang perasaan itu muncul, melainkan membantu anak mengekspresikan emosinya dengan aman dan sehat.
Baca Juga:Haul Ponpes KHAS Kempek Usung Semangat Ramah LingkunganSituasi Pasca Aksi di Cirebon, Danrem 063 dan Wali Kota Ajak Dialog Hindari Kericuhan
Kenapa Anak Perlu Belajar Mengekspresikan Emosi?
Mengajarkan anak untuk mengelola perasaan sejak dini memiliki banyak manfaat, antara lain:
1. Mencegah perilaku agresif atau merusak. Anak belajar bahwa marah tidak harus berakhir dengan teriakan atau pukulan.
2. Membantu mengenali emosi dan kebutuhan. Dengan begitu, mereka tahu kapan butuh dukungan atau waktu sendiri.
3. Membangun kemampuan komunikasi dan empati. Anak bisa memahami dirinya sekaligus menghargai orang lain.
4. Meningkatkan rasa percaya diri. Anak yang mampu menyampaikan perasaan cenderung lebih mudah menjalin hubungan sosial yang sehat.
Tanda Anak Belum Bisa Menyalurkan Emosi dengan Baik
Ada beberapa sinyal yang bisa kita perhatikan, misalnya:
1. Menangis berlebihan saat kecewa.
2. Melempar barang atau memukul ketika marah.
3. Memilih diam terlalu lama saat sedih.
4. Sulit menjelaskan apa yang sebenarnya dirasakan.
Jika tanda-tanda ini sering muncul, artinya anak masih butuh bimbingan untuk mengelola emosinya.
Cara Melatih Anak Mengekspresikan Perasaan dengan Aman
1. Ajarkan Menamai Emosi
Bantu anak mengenali perasaan dengan kalimat sederhana, seperti:
“Kamu marah karena tadi tidak diajak main, ya?”
“Kamu sedih karena mainannya rusak?”
Baca Juga:Jalan Kartini Arah KS Tubun Lumpuh Total Akibat DemoKerja Lancar, Keluarga Bahagia! 5 Tips Work Life Balance ala Ibu Modern
Dengan begitu, anak lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dalam dirinya.
2. Gunakan Media Ekspresi Positif
Sediakan sarana untuk meluapkan emosi, misalnya:
Buku gambar untuk melukis perasaan.
Boneka tangan untuk bermain peran.
Kotak curhat tempat anak menulis atau menggambar isi hatinya.
3. Ajarkan Kalimat Pengganti Perilaku Kasar
Ubah ekspresi negatif menjadi kalimat yang lebih sehat, contohnya:
“Aku benci kamu!” → “Aku tidak suka saat mainanku diambil.”
Melempar barang → “Aku kesal, aku butuh waktu sendiri.”