CIREBON, RAKCER.ID – Parenting VOC atau gaya asuh otoriter dikenal dengan ciri disiplin ketat, aturan tegas, dan hukuman jelas.
Meski sering dianggap kuno, ternyata metode ini masih digunakan sebagian orangtua dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk menerapkannya?
Menurut psikolog klinis Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., pola asuh otoriter tidak sepenuhnya salah.
Baca Juga:Wajib Tahu! 6 Teknik Validasi Emosi Anak agar Lebih Dekat dengan Orang TuaAnak Juga Berhak Marah: Begini Cara Membimbing Mereka Menyalurkan Emosi dengan Sehat
Gaya ini bisa efektif bila diterapkan secara tepat, khususnya ketika anak membutuhkan pembiasaan disiplin yang konsisten.
Misalnya, saat membangun rutinitas pagi sebelum berangkat sekolah. Aturan seperti bangun lebih awal, berangkat tepat waktu, hingga menyelesaikan PR bisa membantu anak belajar tanggung jawab.
Namun, Adelia menegaskan bahwa tujuan utama disiplin bukanlah membuat anak takut akan hukuman, melainkan membiasakan mereka memahami konsekuensi dari setiap tindakan.
Dengan cara ini, anak akan terbiasa mematuhi jadwal, tidak menunda pekerjaan, serta lebih menghargai waktu.
Meski begitu, parenting VOC bukan pola yang bisa diterapkan secara kaku pada semua anak.
Menurut Adelia, keberhasilannya sangat bergantung pada karakter anak. Anak yang terbiasa dengan struktur mungkin lebih mudah beradaptasi dengan aturan tegas.
Sebaliknya, anak yang sensitif atau memiliki kebutuhan emosional tinggi bisa merasa tertekan jika pola ini diterapkan tanpa kompromi.
Baca Juga:Haul Ponpes KHAS Kempek Usung Semangat Ramah LingkunganSituasi Pasca Aksi di Cirebon, Danrem 063 dan Wali Kota Ajak Dialog Hindari Kericuhan
Risiko lain dari gaya asuh ini adalah potensi munculnya tekanan psikologis. Karena parenting VOC cenderung kaku dan keras, anak bisa merasa terkekang, kehilangan motivasi intrinsik, bahkan melakukan perlawanan diam-diam. Hal ini jelas berlawanan dengan tujuan pengasuhan yang sehat, yaitu membentuk anak yang disiplin sekaligus percaya diri.
Di era modern, pendekatan otoriter dinilai kurang efektif jika digunakan sebagai pola tunggal. Anak tetap membutuhkan apresiasi, dukungan emosional, dan rasa aman. Tanpa itu semua, mereka mungkin tumbuh dengan disiplin, tetapi kurang mampu mengekspresikan diri atau bersosialisasi dengan baik.
Oleh karena itu, parenting VOC sebaiknya digunakan secara bijak, hanya pada momen yang memang menuntut kedisiplinan. Orangtua disarankan mengombinasikan metode ini dengan pola asuh yang lebih hangat dan komunikatif.
Dengan begitu, anak tidak hanya belajar disiplin, tetapi juga tumbuh bahagia, mandiri, dan punya hubungan emosional yang sehat dengan orangtuanya.