Anak Gen Alpha Lebih Pilih YouTube daripada TV, Para Orang Tua Harus Waspada!

Anak Gen Alpha Lebih Pilih YouTube daripada TV, Para Orang Tua Harus Waspada!
Gen Alpha dan dunianya. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Anak-anak Generasi Alpha tumbuh di dunia yang benar-benar berbeda dibandingkan masa kecil orang tuanya.

Jika dulu layar televisi menjadi pusat hiburan keluarga, kini layar ponsel jauh lebih menarik perhatian mereka.

Platform seperti YouTube hingga Twitch jadi pilihan utama tontonan anak, menggantikan acara kartun yang dulu selalu ditunggu-tunggu.

Baca Juga:Fresh Graduate Merapat! BUMN Buka Magang Magenta hingga September 2025Kenali 5 Ciri Parenting VOC, Jangan-Jangan Kamu Tanpa Sadar Menerapkannya!

Menurut laman Parents, daya tarik konten buatan pengguna internet memang tak bisa dipungkiri. Mulai dari vlog, video pendek, hingga siaran langsung terasa lebih dekat dengan keseharian anak.

Tak heran jika mereka lebih hafal nama YouTuber favorit ketimbang tokoh kartun Nickelodeon atau Disney Channel.

Psikolog klinis Michael Wetter menegaskan, televisi tradisional sulit bersaing dengan platform digital yang sifatnya on-demand dan interaktif.

Anak-anak masa kini tidak hanya menonton, tapi juga ikut mengomentari bahkan membagikan konten yang mereka sukai.

YouTube dan Twitch Jadi Primadona

Survei Precise TV menunjukkan, 87 persen anak usia 2-5 tahun lebih suka menonton YouTube ketimbang saluran televisi lain.

Bahkan, 40 persen anak usia 2 tahun sudah memiliki tablet pribadi. Fenomena ini makin terlihat dari popularitas tayangan anak di YouTube, seperti CoComelon, Blippi, atau Baby Shark.

Seiring bertambah usia, banyak remaja Gen Alpha beralih ke Twitch. Awalnya dikenal sebagai platform gaming, kini Twitch juga menyajikan konten obrolan santai hingga daily vlog.

Baca Juga:Apa Itu Panda Parenting? Gaya Asuh Baru yang Bikin Anak Percaya DiriBenarkah Pola Asuh Otoriter Masih Dibutuhkan? Parenting VOC Jadi Sorotan

Streamer populer seperti Kai Cenat berhasil mengumpulkan jutaan penggemar, membuat platform ini jadi ruang komunitas baru bagi anak muda.

Psikolog Scott H. Kollins menyebut, streaming kini dianggap jalur karier. Sama seperti anak yang dulu bercita-cita jadi atlet, kini banyak remaja bermimpi menjadi streamer atau bintang e-sports.

Risiko yang Mengintai

Meski terlihat menyenangkan, dampak layar tetap perlu diwaspadai. Anak bisa kesulitan fokus di sekolah, mudah tantrum, hingga bergantung pada gadget untuk menenangkan diri.

Risiko kesehatan pun nyata, mulai dari gangguan tidur hingga penyakit jantung akibat terlalu lama duduk di depan layar.

Cara Bijak Mendampingi Anak

Orang tua tak bisa serta-merta melarang anak. Yang bisa dilakukan adalah membuat aturan jelas, misalnya zona tanpa gadget saat makan atau membatasi layar sebelum tidur. Selain itu, ajak anak berdiskusi tentang tontonan mereka, dampingi secara aktif, dan ajarkan literasi media sejak dini.

0 Komentar