CIREBON, RAKCER.ID – Menjadi orang tua sering kali membuat kita ingin memberikan perlindungan maksimal untuk anak.
Mulai dari cara bermain, memilih teman, hingga mengatur keseharian mereka, semua ingin dipegang kendali.
Namun, siapa sangka, sikap overprotektif justru bisa berdampak buruk pada masa depan anak bahkan sampai memengaruhi usia harapan hidupnya.
Baca Juga:Glider Parenting vs Helicopter Parenting, Mana yang Lebih Baik untuk Anak?Anak Gen Alpha Lebih Pilih YouTube daripada TV, Para Orang Tua Harus Waspada!
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports, hasil kolaborasi Federal University of Sao Carlos (Brasil) dan University College London (UCL), mengungkap fakta mengejutkan.
Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh terlalu protektif memiliki risiko lebih tinggi meninggal sebelum usia 80 tahun.
Studi ini menganalisis data dari hampir 1.000 partisipan kelahiran 1950–1960-an dalam English Longitudinal Study of Ageing.
Hasilnya, laki-laki yang diasuh dengan ayah overprotektif tercatat memiliki risiko 12% lebih tinggi meninggal dini.
Sementara perempuan dengan pola asuh serupa justru menghadapi risiko lebih besar, yakni 22%.
Sebaliknya, perempuan yang merasakan kasih sayang penuh dari ibunya memiliki peluang hidup lebih panjang, dengan risiko kematian 14% lebih rendah. Temuan ini mempertegas betapa pentingnya pola asuh penuh cinta, bukan kontrol berlebihan.
Lebih mencengangkan lagi, anak laki-laki yang tumbuh dengan orang tua tunggal tercatat memiliki risiko 179% lebih tinggi meninggal sebelum usia 80 tahun.
Baca Juga:9 Tanda Kamu Punya “Toxic Sister”, Hati-Hati Bisa Bikin Luka Batin!Gentle Parenting: Tren Pola Asuh Lembut, Solusi atau Justru Tantangan Baru?
Peneliti menegaskan, hubungan emosional sejak kecil benar-benar punya pengaruh panjang, bukan hanya pada psikologis, tetapi juga kesehatan fisik di usia tua.
Menurut Aline Fernanda de Souza Canelada, penulis pertama dalam studi ini, pola asuh otoriter atau terlalu menekan membuat anak kesulitan berkembang.
Anak bisa tumbuh dengan rasa takut, rendah diri, hingga sulit mengambil keputusan sendiri.
Sebaliknya, pola asuh permisif atau terlalu bebas tanpa arahan juga tak sehat. Anak rentan kehilangan arah, tidak disiplin, dan kesulitan memahami tanggung jawab.
Pola asuh terbaik, kata para ahli, ada di tengah-tengah. Orang tua perlu memberi perhatian dan bimbingan, tapi tetap memberi ruang anak untuk mandiri, mencoba, dan belajar dari pengalaman.
Dengan begitu, mereka bisa tumbuh lebih percaya diri, resilien, dan sehat secara mental maupun fisik.