Eco-Fashion, Tren Baru yang Bikin Kamu Tetap Keren Sekaligus Peduli Lingkungan

Eco-Fashion, Tren Baru yang Bikin Kamu Tetap Keren Sekaligus Peduli Lingkungan
Eco fashion. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Fenomena fast fashion dalam beberapa tahun terakhir memang memanjakan kebutuhan gaya. Pakaian diproduksi cepat, murah, dan mengikuti tren. Namun, di balik gemerlapnya, model bisnis ini justru menyisakan masalah besar: limbah tekstil, eksploitasi tenaga kerja, hingga pencemaran lingkungan.

Data dari TheRoundup.com menyebutkan fast fashion menyumbang 20% air limbah global, sementara materialnya seperti polyester dan nilon sulit terurai.

Earth.org bahkan mencatat pemborosan hingga 500 miliar dolar akibat pola konsumtif “sekali pakai”. Tak berhenti di situ, laporan The Guardian mengungkap beberapa pabrik fast fashion di negara berkembang masih memperkerjakan anak-anak dengan upah murah.

Baca Juga:Demo Driver Ojol 17 September 2025, Tuntut Menteri Perhubungan Dicopot dan Regulasi BaruGaji Menteri Keuangan Ternyata Lebih Kecil dari Bos LPS, Ini Rinciannya

Melihat kondisi ini, muncul gerakan eco-fashion, yaitu konsep mode yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan sekaligus tanggung jawab sosial. Prinsip eco-fashion meliputi:

1. Bahan ramah lingkungan – menggunakan katun organik, linen, tekstil daur ulang, hingga pewarna alami.

2. Produksi beretika – memberdayakan pengrajin lokal dengan upah layak dan menjaga tradisi tekstil.

3. Desain berkelanjutan – tidak sekadar mengikuti tren, tapi timeless dan fleksibel.

4. Konsumsi sadar – mengajak konsumen membeli seperlunya, merawat, hingga mendaur ulang pakaian.

Jenama Eco-Fashion Lokal yang Wajib Kamu Tahu

Industri mode di Indonesia juga tak ketinggalan mengadopsi prinsip ini. Beberapa brand lokal bahkan sudah mendunia:

Sejauh Mata Memandang: berdiri sejak 2014, fokus pada slow fashion dan sirkularitas dengan material ramah lingkungan.

Baca Juga:Gaji Pas-Pasan Bukan Halangan, Ini 10 Cara Hemat agar Tetap Bisa MenabungRahasia Stop Belanja Impulsif, 10 Cara Simpel yang Bikin Keuangan Lebih Sehat

Sukkha Citta: mengusung konsep Farm-to-Closet, memberdayakan petani dan pengrajin lokal, serta menjaga tradisi tekstil Nusantara.

Pijak Bumi: pionir sneakers eco-fashion berbahan karet alam dan serat daur ulang yang sukses tembus pasar Jepang hingga Swiss.

Sisabenang: memanfaatkan limbah kain dan menggandeng ibu-ibu PKK, plus program sosial “satu produk = satu mangrove ditanam”.

Topiku: fokus pada headwear berbahan deadstock garmen dan plastik daur ulang, dengan sertifikasi ramah lingkungan internasional.

Eco-fashion bukan sekadar tren sesaat, tapi langkah nyata untuk mengurangi dampak buruk industri mode. Dengan mendukung brand lokal berkelanjutan, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memberdayakan komunitas, melestarikan budaya, dan tetap tampil stylish.

0 Komentar