CIREBON, RAKCER.ID – Setiap anak punya cara unik untuk mengekspresikan dirinya. Salah satunya lewat tulisan tangan. Metode ini dikenal dengan istilah graphology, yaitu seni membaca kepribadian, emosi, hingga cara berpikir seseorang melalui goresan tulisan.
Menurut Sapta Dwikardana, penulis Practical Handbook of Graphology, tulisan tangan bisa menjadi “jendela” untuk melihat suasana hati, konsistensi emosi, bahkan perkembangan karakter anak dari waktu ke waktu.
Lebih jauh, tulisan tangan juga bisa menunjukkan minat, ketakutan, konsep diri, hingga pola hubungan sosial anak. Dari kemiringan huruf, tekanan pulpen, sampai jarak spasi, semuanya menyimpan cerita.
Baca Juga:7 Pekerja Freeport Hilang di Perut Tambang Papua, Evakuasi Berjalan 24 Jam NonstopBukan Ranking atau Les Tambahan, Ini Rahasia Sejati Agar Anak Sukses Seumur Hidup!
Cara Membaca Tulisan Tangan Anak
Graphology memiliki beberapa indikator penting. Misalnya, kemiringan huruf bisa mencerminkan emosi, margin dan spasi menggambarkan interaksi sosial, sementara ukuran huruf menyingkap konsep diri. Tekanan pulpen yang kuat bisa menandakan ketegangan, sedangkan tulisan yang terlalu rapat sering dikaitkan dengan rasa kurang percaya diri.
Tips Menganalisis Tulisan Anak
Sapta membagikan beberapa panduan sederhana yang bisa dicoba orang tua:
1. Pantau emosi lewat perubahan tulisan. Tulisan mengecil, rapat, atau garis dasar menurun bisa jadi tanda anak sedang stres atau pesimis.
2. Amati gaya menulis untuk memahami cara belajar. Anak dengan tulisan ekspresif biasanya lebih cocok belajar visual atau kinestetik, sedangkan anak dengan tulisan rapi dan konsisten lebih nyaman dengan pola belajar logis dan verbal.
3. Gunakan tulisan untuk komunikasi emosional. Ajak anak menulis tentang harinya, lalu beri respon. Cara ini bisa membangun percakapan yang lebih hangat dan mendalam.
4. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan
Lebih dari sekadar cermin emosi, tulisan tangan juga bisa membantu mendeteksi kemungkinan adanya gangguan perkembangan. Contohnya ADHD, disgrafia, atau gangguan emosional ringan yang terlihat dari tulisan tidak konsisten dan sulit dibaca.
Pada akhirnya, tulisan anak bukan sekadar goresan di atas kertas. Di balik setiap huruf, ada jejak perasaan, pola pikir, hingga kebutuhan emosional yang bisa membantu orang tua menentukan pola asuh yang lebih tepat. Dengan begitu, komunikasi semakin dekat, anak pun merasa lebih dipahami.