Dengan kata lain, chip Snapdragon mengubah laptop dari sekadar perangkat komputasi menjadi perangkat yang selalu terhubung, selalu siap, dan selalu cerdas.
Tantangan dan Masa Depan
Meskipun ARM terlihat sangat menjanjikan, tantangannya tidak sedikit. Masalah utama yang harus diatasi adalah kompatibilitas perangkat lunak. Sebagian besar aplikasi Windows saat ini dibuat untuk arsitektur x86.
Meskipun Microsoft telah mengembangkan emulator yang semakin baik, performa beberapa aplikasi, terutama yang berat, mungkin tidak optimal.
Baca Juga:Siap-siap Update! Ini Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Mendapat HyperOS 3.0Ekosistem Tanpa Hambatan: Mengupas Tuntas Antarmuka HyperOS dan Keunggulannya
- Apple berhasil mengatasi masalah ini dengan meyakinkan pengembang untuk mengoptimalkan aplikasi mereka secara native untuk Apple Silicon, menciptakan ekosistem yang kohesif.
- Microsoft dan Qualcomm kini berada di jalur yang sama, bekerja sama dengan pengembang software besar seperti Adobe dan Google untuk memastikan aplikasi populer mereka berjalan mulus di perangkat ARM Windows.
Namun, daya tarik efisiensi dan inovasi yang dibawa oleh ARM terlalu besar untuk diabaikan. Konsumen modern menginginkan laptop yang ramping, ringan, dan memiliki daya tahan baterai sepanjang hari, tanpa mengorbankan performa. Chip Snapdragon dan Apple M-series membuktikan bahwa hal itu sangat mungkin.
Pergeseran ini menandai babak baru dalam sejarah komputasi pribadi. Pertarungan kini bukan lagi hanya tentang kecepatan clock, tetapi tentang efisiensi per watt, integrasi AI, dan pengalaman pengguna yang seamless.
Dengan dominasi x86 yang mulai terkikis, masa depan laptop akan semakin ditentukan oleh inovasi dari arsitektur ARM, sebuah arsitektur yang lahir dari dunia mobile dan kini siap menguasai dunia laptop.