CIREBON, RAKCER.ID – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah. Pada Senin lalu, logam mulia ini melesat hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa, yakni lebih dari USD 3.700 per troy ounce.
Lompatan ini dipicu oleh ekspektasi investor terhadap rilis data inflasi serta sinyal dari pejabat Federal Reserve terkait potensi penurunan suku bunga lanjutan.
Sepanjang 2025, emas sudah memecahkan rekor lebih dari 30 kali dengan kenaikan harga lebih dari 40 persen.
Baca Juga:7 Cara Cerdas Maksimalkan Libur Nasional & Cuti Bersama 2026 untuk Liburan HematResmi! Daftar Hari Libur Nasional & Cuti Bersama 2026, Total 25 Hari Libur Panjang
Angka ini menunjukkan betapa besarnya minat pasar global terhadap aset yang kerap dijuluki “safe haven”.
Dalam kondisi penuh ketidakpastian baik karena faktor ekonomi, geopolitik, maupun kebijakan moneter emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor untuk melindungi kekayaan mereka.
Menurut penelitian Federal Reserve Bank of Chicago, emas terbukti berfungsi sebagai pelindung di masa krisis.
Kepala Ekuitas Global Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana, bahkan menyebut emas memenuhi semua kriteria aset lindung nilai.
Hal ini diperkuat dengan tren pembelian emas yang terus dilakukan bank sentral di berbagai negara serta meningkatnya ketegangan global yang mendorong permintaan logam mulia.
Cara Berinvestasi Emas
Bagi masyarakat yang ingin ikut menikmati tren ini, ada dua cara utama dengan membeli emas fisik (batangan atau koin) atau memilih instrumen keuangan berbasis emas.
Namun, sebagian besar ahli lebih merekomendasikan Exchange-Traded Fund (ETF) emas, seperti SPDR Gold Shares (GLD) atau iShares Gold Trust (IAU).
Baca Juga:Biar Makin Stylish! Begini Cara Pakai Crop Top Tanpa Takut Perut TereksposHobi Checkout? Begini Cara Pintar Hindari Belanja Impulsif di Era Digital!
ETF dianggap lebih efisien, likuid, dan rendah biaya dibandingkan membeli emas fisik yang membutuhkan biaya tambahan untuk penyimpanan dan transaksi.
Alternatif lain seperti saham perusahaan tambang emas dinilai kurang ideal, karena kinerjanya lebih dipengaruhi kondisi bisnis daripada harga emas global.
Meski tren emas sedang naik, para penasihat keuangan tetap mengingatkan pentingnya mengatur porsi investasi.
Biasanya, alokasi emas disarankan tidak lebih dari 3 persen dari total portofolio. Pasalnya, meski terlihat stabil, harga emas tetap sulit ditebak karena diperdagangkan layaknya komoditas.
Dengan kata lain, emas memang bisa menjadi pelindung kekayaan, tetapi tetap perlu kebijaksanaan dalam berinvestasi.