Investasi Itu Kayak Sepak Bola, Strategi Jangka Panjang Kunci Menang Besar!

Investasi Itu Kayak Sepak Bola, Strategi Jangka Panjang Kunci Menang Besar!
Strategi investasi jangka panjang. Foto: Buatan Meta AI/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan, mengibaratkan strategi investasi seperti permainan sepak bola.

Instrumen berisiko rendah, seperti Surat Berharga Negara (SBN) Ritel, reksadana pasar uang, dan emas, berperan sebagai pertahanan. Sementara itu, saham dan kripto lebih cocok sebagai instrumen ofensif atau agresif.

Deni menekankan bahwa SBN Ritel bisa menjadi sumber cashflow bulanan berkat kupon yang rutin, sedangkan SBN nonritel memberikan kupon per enam bulan.

Baca Juga:5 Inspirasi Teras Depan Rumah Jadi Ruang Keluarga Instagramable 20255 Model Teras Depan Rumah Sederhana 2025, Modern dan Hemat Biaya!

“Namun, pemilihan instrumen harus disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko masing-masing investor,” ujar Deni pada acara talk show “Business Forum 2025: Build Big, Scale Smart, Outlast the Chaos” yang digelar Super App Investasi Bareksa.

Tren penurunan suku bunga acuan juga membuat SBN Ritel saat ini menarik untuk diamankan. Dengan perkiraan Bank Indonesia dan The Fed memangkas suku bunga hingga 2026, yield SBN Ritel berpotensi turun sehingga kuponnya bisa lebih rendah.

Deni menambahkan, “Dalam investasi, attacks win you games, but defence wins you titles. Menang jangka pendek penting, tapi fondasi jangka panjang lebih menentukan.”

Berdasarkan hasil lelang SBN terakhir, investor kini cenderung memilih tenor panjang. Oleh karena itu, Deni menyarankan untuk mempertimbangkan SBN jangka panjang sebagai strategi investasi yang stabil.

Emas, Perlindungan dari Inflasi

Selain SBN, emas juga mendapat sorotan. Andreas Setiawan Santoso, CEO dan Co-founder Treasury, menyebut emas tidak hanya sebagai safe haven, tapi kini juga terlihat agresif dengan kenaikan harga sekitar 14–15% per bulan.

Dua tipe investor emas muncul: mereka yang membeli rutin setiap bulan, dan yang menunggu harga turun. Sayangnya, harga jarang turun sehingga investor menunda pembelian.

Inflasi menjadi musuh utama investasi. Andreas menekankan bahwa rata-rata imbal hasil harus selalu melebihi laju inflasi agar nilai kekayaan tetap terjaga.

Baca Juga:5 Model Dak Rumah Kampung Modern 2025 yang Bikin Hunian Tradisional Tampak Kekinian!7 Desain Rumah Minimalis Modern yang Bikin Hunian Sempit Terasa Luas dan Estetik!

Pandangan serupa disampaikan Fajar Wibisono, CEO HUMANIS, yang menilai emas fisik terbukti efektif melindungi aset dari inflasi, pelemahan rupiah, hingga gejolak pasar global.

Berdasarkan data historis, rata-rata imbal hasil emas mencapai 10,28% per tahun selama 40 tahun terakhir, dengan kenaikan tahunan rata-rata 12,4%.

0 Komentar