3. Optimasi Isi Konten (Fungsi dan Aksi)
Setelah struktur dan desain siap, maksimalkan isi di dalamnya. Konten Highlight harus evergreen (tetap relevan) dan mudah dicerna.
Tips Konten Highlight yang Efektif:
Pertama, pastikan setiap story memiliki teks yang jelas dan besar untuk merangkum poin utama, meskipun ini adalah format video atau foto.
Kedua, di akhir story yang membahas produk atau layanan, sertakan CTA (Call to Action) berulang. Berikan instruksi yang jelas kepada audiens untuk klik link di bio atau melanjutkan ke Highlight berikutnya. Jangan berasumsi audiens tahu langkah selanjutnya.
Baca Juga:Strategi Konten User Generated Content (UGC): Cara Bikin Audiens Promosiin Brand KamuMengapa Konten Edukatif Sulit Viral di Tengah Banjir Informasi? Ini Solusinya!
Ketiga, jika Highlight berisi panduan yang panjang (misalnya, “Cara Order”), gunakan penomoran serial (1/5, 2/5, dst.) di setiap story agar audiens tahu kemana arah mereka.
Terakhir, sama seperti website, Highlights harus diperbarui secara berkala. Hapus stories yang sudah usang atau informasi yang tidak lagi akurat (misalnya, promo yang sudah kedaluwarsa) untuk menjaga relevansi.
4. Prioritaskan Urutan (User Experience)
Urutan Highlights sama pentingnya dengan tata letak tombol navigasi di website. Letakkan yang paling penting di paling kiri agar langsung terlihat oleh pengunjung baru.
Prioritaskan konten yang paling sering dicari atau paling krusial untuk konversi. Mulailah dari informasi yang wajib diketahui (seperti “Promo Terbaru”), diikuti oleh informasi produk/layanan (“Katalog”), kemudian bukti sosial (“Testimoni”), dan diakhiri dengan informasi pelengkap (“FAQ” atau “Tentang Kami”).
Dengan menerapkan strategi ini, Anda mengubah Story Highlight dari fitur pelengkap menjadi panduan visual yang efisien dan profesional—sebuah “mini website pribadi” yang siap menyambut setiap pengunjung baru dan mengubahnya menjadi pelanggan potensial.
Sudah siapkah Anda merombak Highlights Anda menjadi alat navigasi utama bagi audiens Anda?(*)