CIREBON, RAKCER.ID – Beberapa waktu terakhir, media sosial dipenuhi video orang-orang yang makan bareng rame-rame di mal, restoran, atau bahkan di pinggir jalan. Fenomena ini dikenal sebagai fenomena makan bareng viral, dan jadi tren baru di kalangan anak muda. Tujuannya bukan cuma untuk makan, tapi juga untuk konten biar terlihat seru, kompak, dan pastinya “rame banget” di kamera.
Bagi sebagian orang, tren ini terasa menyenangkan. Tapi bagi yang lain, fenomena makan bareng ini menunjukkan betapa budaya FOMO (Fear of Missing Out) semakin kuat di era digital. Orang takut dianggap “nggak eksis” kalau nggak ikut nongkrong atau makan bareng teman-temannya.
Asal Usul Fenomena Makan Bareng Viral
Fenomena ini mulai meledak di 2024 dan makin populer di 2025. Awalnya cuma beberapa video challenge seperti “ngumpul makan bareng 10 orang di food court” atau “buka puasa bareng stranger” yang ramai di TikTok. Tapi lama-lama tren ini berkembang jadi ajang sosial dan bahkan sarana promosi restoran.
Baca Juga:Diet Air Putih 2025, Tren Kesehatan Viral tapi BerisikoKost Eksklusif Milenial, Gaya Hidup Baru Anak Kota 2025
Banyak tempat makan akhirnya menyediakan area khusus “makan bareng rame-rame” atau community table karena permintaannya tinggi. Mereka juga menyediakan paket hemat untuk grup besar jelas strategi marketing yang jitu di tengah tren ini.
Fenomena makan bareng viral bukan hanya soal makanan, tapi soal interaksi sosial dan eksistensi di dunia maya. Orang datang bukan hanya untuk kenyang, tapi untuk bikin kenangan digital foto, video, dan story yang bisa diunggah.
Antara FOMO dan Budaya Kebersamaan
Di balik suasana seru dan tawa yang muncul di video, sebenarnya ada dua sisi yang bertolak belakang. Di satu sisi, tren ini bisa mempererat hubungan sosial. Banyak orang yang jarang bertemu akhirnya punya alasan untuk ngumpul bareng. Bahkan beberapa komunitas kuliner tumbuh dari kebiasaan ini.
Namun di sisi lain, fenomena makan bareng juga menunjukkan bagaimana media sosial memengaruhi cara orang berinteraksi. Banyak yang datang bukan karena lapar atau ingin ngobrol, tapi karena takut ketinggalan tren. Efek FOMO ini bikin orang merasa harus selalu ada di momen yang “instagramable”, meskipun hatinya nggak selalu ikut senang.