CIREBON, RAKCER.ID – Kabupaten Cirebon menjadi lokasi pertama proyek percontohan pengentasan kemiskinan. Lewat industrialisasi pertanian berbasis digital.
Programnya digagas Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Republik Indonesia (RI). Kick Off nya di Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu (11/10).
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) RI, Budiman Sudjatmiko, bersama Forkopimda Kabupaten Cirebon memperkenalkan metode baru menanam padi. Disebutnya dengan istilah T1P4k. Yakni tanam sekali, panen empat kali.
Baca Juga:Bau Sampah Disekitar Ramayana, Begini KlarifikasinyaKevin Diks Dapat Kartu Kuning Saat Gladbach Kalah 4-6 dari Frankfurt
Metode tanam sekali, panen empat kali digadang-gadang sebagai embrio untuk mensukseskan program pengentasan kemiskinan dari sektor pertanian.
Selain itu, politisi kelahiran Cilacap Jawa Tengah itu menjelaskan, yang dimaksud dengan gagasan industrialisasi pertanian berbasis digital. Itu menggabungkan petani, penggilingan padi, pemilik gudang, hingga konsumen dalam satu ekosistem ekonomi melalui Kooperasi Multi Pihak Taskin (KMP Taskin).
Tujuannya, agar nilai tambah dari sektor pertanian tetap berada di tangan masyarakat kecil dan tidak bocor ke luar sistem. “Uangnya tetap berputar di antara pelaku. Nilai tambahnya dinikmati petani dan masyarakat kecil,” ujar Budiman.
Budiman menyoroti ironi dalam dunia pertanian Indonesia. Meski petani semakin rajin dan produktif, mereka justru berisiko makin miskin. Penyebabnya adalah sistem pertanian tradisional yang tidak terkoordinasi.
“Semua panen bersamaan, pasar kelebihan stok, harga jatuh. Rantai pasok juga tidak terhubung. Petani jalan sendiri, penggilingan jalan sendiri, gudang dan konsumen juga tidak nyambung,” jelasnya.
Untuk mengatasi masalah itu, BP Taskin membangun sistem pertanian berbasis digital dan integrasi antarpelaku. Dua aplikasi digunakan dalam program ini. Yakni Tandur.id untuk mengatur jadwal tanam dan panen agar tidak tumpang tindih.
Kemudian Asupan.id untuk mencatat hasil panen dan menghitung pembagian keuntungan secara adil berdasarkan data produktivitas. Dengan sistem ini, seluruh proses bisa dipantau secara transparan dan adil.
Baca Juga:Kevin Diks Jadi Starter, Babak Pertama Timnya Tertinggal 5-0Disangka Beras Oplosan, Ternyata Produk Bergizi Tinggi!
“Teknologi memastikan efisiensi dan keadilan. Siapa kerja lebih keras, dia yang dapat lebih,” tegas Budiman.
Di tahap awal, program ini melibatkan 500 petani miskin untuk mengembangkan lahan seluas 26 hektare di Kecamatan Sumber. Targetnya, hingga akhir 2025, program ini diperluas sampai 7.000 hektare lahan di Jawa Barat.